Rudolf Otto,
seorang teolog yang berbasis pada fenomenologi dalam salah satu teori
keberagamaannya mengemukakan bahwa terdapat dua hubungan yang menyelimuti antara Tuhan dan manusia. Hubungan pertama, Tuhan menampilkan diri-Nya sebagai “suatu yang menggentarkan” (mysterium tremendum).
Pada situasi yang lainnya, Tuhan tampil di hadapan manusia sebagai “suatu yang
mempesonakan, mengagumkan” (mysterium fascinans). Pada situasi pertama, Tuhan
dimaknai dan dipandang oleh manusia sebagai suatu dzat yang menakutkan. Hubungan
antara Tuhan dan Manusia didasarkan pada relasi “ketakutan, Keterpaksaan”. Sedangkan
pola relasi yang kedua, hubungan Tuhan dan manusia adalah hubungan yang
didasarkan pada cinta, kasih sayang dan ke-rahman-an.
Teori
di atas sejatinya juga telah ada dalam Islam, ulama jauh-jauh hari sebelum Otto
telah membagi sifat Allah menjadi dua bagian yaitu Kedahsyatan (Jalaliyyah)
dan keindahan (Jamaliyyah). Dalam pemaknaan dan pengkajian lebih lanjut,
ternyata sifat keindahan Allah lebih mendominasi ketimbang sifat kedahsyatan. Maknanya,
Allah tampil sebagai dzat yang sangat indah nan mempesonakan dari pada yang
menggentarkan.