Untuk pertama kali acara sharing
diselenggarakan cukup hangat setelah
libur cukup lama pasca ramadhan. beberapa santri angkatan lama biasa maju
men-share-kan berbagai pengalaman, nasehat kepada santri-santri baru akan
kehidupan baru di pesantren UII Yogyakarta.
Kebetulan Kesempatan sharing pada
malam itu, aku dimintai untuk memoderatorinya. Hatta, sampai pada acara
tausiyah yang disampaikan oleh KH Muhammad Roy MA. beliau memberikan wejengan
akan lika-liku hidup manusia yang penuh dengan persimpangan. Setidaknya terdapat
tiga persimpangan yang itu akan dilewati santri khususnya dan umumnya manusia.
Persimpangan pertama ialah memilih
perguruan tinggi. salah dalam memilih perguruan tinggi di awal akan berdampak
buruk bagi orang tersebut. Belajar menjadi tidak serius, tanpa pengorbanan,
terbebani dan lain sebagainya. Banyak contoh teman yang memilih jurusan sekedar
melihat “bungkus” luarnya saja tetapi setelah beberapa saat mengikuti
perkuliahan akan merasakan kebimbangan, keraguan hingga pendidikannya pun
menjadi berantakan, waktu yang seharusnya ia isi untuk mengumpulkan pundi-pundi
ilmu tidak dapat terlaksana.
Persimpangan kedua adalah memilih
jodoh. Ada seorang teman yang ketika ditanya terkait motto hidupnya menjawab
dengan jawaban yang kukira “sulit” bagi para penuntut ilmu. Hal ini karena memang
godaan tersebut adalah rayuan manis yang terkadang membisikan kata-kata lembut
dan mesra, pembangkit semangat katanya. Motto hidupnya ialah jangan memikirkan
wanita saat menuntut ilmu. Jadi fokus menuntut ilmu an sich. Siapa yang
di hatinya tidak memiliki ketertarikan kepada lawan jenis. Tentu sebagai
manusia biasa hal itu adalah lumrah. tetapi sebagai penuntut ilmu hal itu harus
ditahan terlebih dahulu hingga pada saatnya pasti datang.
Dan persimpangan terakhir adalah
memilih pekerjaan. Pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang dapat memberikan
keberkahan bukan pekerjaan yang semata berorientasi pada dunia. Beliau berpesan
bahwa urusan dunia tidaklah terlalu difikirkan. Karena sejarinya harga dunia
itu sendiri tidaklah berarti apa-apa dibandingkan dengan keutamaan kelak di
akhirat. Karena itu pula dalam salah satu riwayat yang menggambarkan kenikmatan
akhirat lebih dari segalanya. Rasulullah saw. Bersabda dua rekaat shalat fajar
itu lebih baik daripada dunia beserta isinya. Gemerlap dunia yang banyak diburu
manusia ternyata tidak lebih baik dari seseorang yang mengerjakan shalat fajar.
Subhanaallah. Allohumma inna nasaluka ridhoka wal jannah wa na’udzubika min
sakhotika wa an nar. []
0 komentar:
Posting Komentar