Harus aku katakan bahwa Islam merupakan agama yang
memberikan arti yang luar biasa. Islam memberikan tuntunan yang luar biasa
kepada umat Islam baik dalam kaitannya hubungan kepada Rabb (vertikal) dan
kepada sesama (horizontal). Salah satu akhlak kepada sesama yang dituntun dalam
Islam ialah menjaga lisan. Disadari ataupun tidak bahwa lisan merupakan senjata
yang amat ampuh dalam menciptakan musuh. Betapa tidak, seorang akan menjadi
musuh selama hidupnya karena persoalan kurang bisa menjaga lisan. Seorang
pemimpin yang salah dalam berpidato atau salah dalam mengucapkan statemen dapat
berakibat fatal.
Hal ini menunjukan bahwa lisan merupakan senjata yang
tajam. Seorang akan mendapatkan sahabat atau musuh ialah tergantung seberapa ia
bisa menahan lisannya untuk berkata yang tidak memiliki faidah dan cenderung
membawa unsur-unsur yang dapat memicu pertikaian, pertengkaran dan sebagainya. Luka
karena duri tak sehebat luka karena lisan. Luka karena duri hanya membutuhkan
beberapa hari saja untuk bisa sembuh tapi luka karena lisan bisa bertahun-tahun
atau bahkan tidak dapat hapus.
Maka, amat baik dan bijak manakala sebelum suatu kalimat
meluncur dari lisan kita baik kiranya untuk kita timbang manfaat dan dampak
apabila kita ucapkan. Sungguh dasyhatnya kekuataan kata-kata yang keluar dari
lisan, pertimbangan yang matang akan membuahkan hasil yang baik bagi siapa saja
yang mempertimbangkan baik dan buruknya suatu kalimat.
Para sahabat dan para salafusalih sangat hati-hati dalam
berucap sehingga wajar ada salah seorang sahabat yang harus menunggu beberapa
hari untuk kemudian ia mengucapkan apa yang sebelumnya ia ingin ucapkan. Yang sering
muncul dan terjadi pada diri kita, kita teramat buru-buru dalam berkata-kata
sehingga sering muncul kesalahfahaman di antara sesama.
Maka, betapa pentingnya menjaga lisan sehingga Rasulullah
saw “hendaklah berkata baik, atau diam”. Kita dituntun untuk berbicara
jika memang apa yang akan kita bicarakan dibutuhkan atau mengandung
kemanfaatan. Akan tetapi, jika tidak, lebih baik diam karena itu merupakan ibadah pula. Hal yang tak kalah
penting, kita pula perlu memperhatikan tipikal lawan bicara, bisa jadi kita
bermaksud untuk bercanda dan tidak bermaksud menyakiti atau menyinggung tetapi
apa yang ia tangkap sebaliknya. Demikianlah yang perlu kita perhatikan, karena
acap kali kita salah dalam hal ini. mudah-mudahn bermanfaat. [] Wāllahu’alam.
Pertaapan kawah dimuko, 08
Oktober 2012
0 komentar:
Posting Komentar