skip to main | skip to sidebar

Media Iqbal Zen

Teruslah Berpuasa hingga Tuhanmu Menyuruhmu Berbuka

Pages

  • Beranda
  • Google Scholar
  • Arsip

Sabtu, 13 Oktober 2012

SEDEKAH = LIFE CHANGE


Seperti biasa, pondok pesantren UII tempat sekarang ku menimba ilmu, menempa akhlak, mengukir prestasi mengadakan pembacaan surah Yasin dan sharing. Menarik sharing malam itu. Dari beberapa santri yang maju termasuk kala itu aku pun maju, ada santri yang cukup menarik perhatian seluruh santri sehingga semuanya dibuat takjub, tidak memindahkan chanel matanya untuk melihat ke lainnya melainkan khusus tertuju pada santri tersebut. 

Sebut saja namanya (Abdullah), ia berbagi kisah hidupnya sejak pertama kali ia menginjakan kaki untuk belajar di kota jogja khususnya masuk pondok pesantren Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan sehingga ia harus bekerja keras, memutar otak untuk mendapatkan biaya untuk kehidupannya sehari-hari. 

Kultur pesantren yang kental akan budaya tulis menulis membuatnya ingin untuk berpartisipasi di dalamya. Ia terus memantik diri untuk dapat menulis dengan baik. Prosesnya cukup panjang. Tentunya untuk menulis membutuhkan sarana-prasana. Namun, itu semua semua belum ia miliki. Tanpa putus semangat ia berusaha dan berusaha, meminjam kepada teman yang alhamdulillah telah dahulu mempunyainya. 

 Keadaan yang terus memaksanya hingga akhirnya ia pun sedikit demi sedikit mempunyai kepekaan untuk menulis, baik itu buletin, jurnal, maupun penelitian-penelitian. Ia berkata “kalau aku ndak nulis, aku ndak makan”. Semboyan inilah yang terus memantiknya untuk tidak putus asa. Kegigihannya sungguh patut diacungi jempol. Aku pun banyak belajar kepadanya, cara dalam memaknai hidup ini. 

Singkat cerita, kala ia pulang dari kampus dengan sepedanya, ia melihat seorang pengemis yang compang-camping, tidak karuan, dekil, dan atribut-atribut lainnya. Ia merasa iba dibuatnya. Tangannya pun masuk ke dalam kantong celananya. Muncul uang betuliskan 5000. Seribu langkah ia mencari sebuah warung untuk membelikannya sebungkus nasi dan minum. Itu semua diberikan kepada pengemis itu meskipun ia pun belum makan. Ia rela menahan tidak makan hari itu demi dapat membahagiakan orang lain, membantu orang lain, membuat tersenyum orang yang melihatnya. 

Ternyata apa yang lakukan itu membuatnya “berbeda”. “Life change” katanya di depan santri yang serius mendengarkan. Ia merasakan apa yang diinginkan “terwujud”. Prinsip hidupnya untuk berbagi dengan sesama terus ia jaga. Ia pun tak lupa akan hal itu. Setiap kali memengi suatu even tertentu, mendapatkan reward tertentu pasti kemudian ia berbagi kepada sesama. Ia memilih kala mendapatkan hadiah dan semisalnya untuk datang ke panti asuhan, memberikan setengah atau bahkan lebih apa yang ia dapatkan meskipun tetap ia dalam keadaan “kekurangan”. 

Memang Allah SWT memerintahkan kita untuk bersedakah dalam keadaan apa pun baik lapang maupun sempit. Karena sifat demikian merupakan salah satu tanda atau ciri dari orang yang bertaqwa (Q.S. Ali Imron [3] : 134). Dalam pepatah arab dikatakan bahwa man manna min munni munna (barang siapa memberi maka akan diberi). Jika kita membiasakan diri untuk berbagi kepada sesama atas dasar mengharap Ridha-nya karena itulah yang diperintahkannya maka Allah-lah yang akan membalasnya tentunya dengan cara-caraNya. 

Bila melihat matematika sedekah sebagaimana yang “gencar” didakwahkan oleh ustadz Yusuf Mansur bahwa jika kita mensedekahkan satu maka Allah akan 700. Sungguh tidak tanggung-tanggung, itu semuanya tentu tidak apa-apanya bagi Allah. Jika Allah mengatakan kun maka jadilah. Tentu, bukan itu yang kita harapkan, lebih dari itu, terlalu sepele jika apa yang kita terus meng-kalkulasi pundi-pundi pahala itu, yang kita harapkan adalah keridhaanNya semata. []  
  

*) Yogyakarta, 13 Oktober 2012
Diposting oleh Unknown di 08.34 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Label: Psikologi Keagamaan

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Mengenai Saya

Foto saya
Iqbal Zen
Muhammad Iqbal Juliansyahzen. Mengabdi sebagai seorang dosen tetap (PNS) di IAIN Purwokerto. Senang sekali bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan. Menulis sebagai ikhtiar merawat akal (hifz al-'aql). Selamat membaca
Lihat profil lengkapku

Menu kami

  • Akhlak (6)
  • Anekdot (10)
  • Doa (3)
  • Ekonomi (1)
  • Falak (3)
  • Hadis (1)
  • Kajian Fiqih (17)
  • Kajian Keislaman (8)
  • Kisah (3)
  • Lyrics (3)
  • Makalah (10)
  • Motivasi (9)
  • Muhasabah (38)
  • Mukjizat al-Qur'an (1)
  • Peradilan (1)
  • Psikologi Keagamaan (16)
  • Sosial Humaniora (5)
  • Student Exchange (16)
  • Studi Islam (2)
  • Ulasan (2)
Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Tulisan

  • ►  2020 (8)
    • ►  September (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (7)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (7)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (4)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Juni (1)
  • ►  2014 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (42)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (16)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (5)
  • ▼  2012 (44)
    • ▼  Oktober (8)
      • Senyum dan Cemberut
      • Wanita yang Selalu Berbicara Dengan Bahasa Al-Qur’an
      • SPIRIT PENGORBANAN DALAM AL-QURAN
      • SEDEKAH = LIFE CHANGE
      • JUJUR MEMBAWA BERKAH
      • LABBAIK ALLAHUMMA LABBAIK
      • HADIS BERDASARKAN TEMPAT PENYANDARANNYA
      • BERKATA BAIK ATAU DIAM
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (16)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2011 (28)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (10)
    • ►  Januari (6)

Pengikut

 
Copyright (c) 2010 Media Iqbal Zen. Designed for Video Games
Download Christmas photos, Public Liability Insurance, Premium Themes