skip to main | skip to sidebar

Media Iqbal Zen

Teruslah Berpuasa hingga Tuhanmu Menyuruhmu Berbuka

Pages

  • Beranda
  • Google Scholar
  • Arsip

Sabtu, 20 Oktober 2012

SPIRIT PENGORBANAN DALAM AL-QURAN




Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

(Q.S. Al-Hajj [22] : 37)

          Saat ini kita telah berada di penghujung Bulan Dzulqa’dah dan bersiap memasuki Bulan Dzulhijjah. Kiranya perlu kita ketahui bersama terkait bulan yang memberikan banyak pelajaran bagi kaum muslim dalam rangka menjalani hidup dan kehidupan. Bulan dzulhijjah merupakan bulan yang istimewa. Kiranya tidak berlebihan bila gelar ‘istimewa’ tersebut disematkan kepada bulan terakhir dari kalender hijriah tersebut. Keistimewaan itu diantaranya ritual Ibadah haji yang merupakan ibadah pelengkap atas rukun Islam dilaksanakan di dalamnya. 

          Ibadah haji merupakan ibadah yang mulia di sisi Allah swt dan puncak dari pengalaman rohani seorang muslim. Kepasrahan seorang muslim untuk meninggalkan segala bentuk aktivitas yang biasa ia laksanakan dan keluarga yang disayangi demi memenuhi rukun terakhir ini merupakan cermin sebuah pengorbanan. sehingga wajarlah bagi orang yang melaksanakan ibadah haji dengan kerelaan demi suatu pencapai spritual yang lebih tinggi diganjar dengan ganjaran yang mulia di sisi-Nya. Rasulullah saw bersabda “Hendaklah kalian iringi pelaksanaan haji dengan ‘umrah, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa, sebagaimana penghembus api melenyapkan kotoran pada besi, emas dan perak. Dan Haji Mabrûr, tiada ganjaran selain surga”    (H.R. Ahmad, Abû Dâwûd dan At-Tirmidzi).


          Berdasarkan hadis tersebut, dapat difahami bahwa faedah haji itu sendiri mempunyai kadungan dua aspek yaitu aspek duniawi dan aspek akhirat. Dari aspek akherat ibadah haji membebaskan diri dari penghambaan kepada arbâb (para tuhan) selain-Nya sehingga hubungan trasendetal seorang hamba dan sang Khaliq akan selalu berjalan secara harmonis. Sedangkan aspek duniawi, ibadah haji mendorong seseorang untuk giat dalam bekerja, tidak hanya berpangku tangan. Bagaimana tidak, salah satu syarat seseorang dapat melaksanakan ibadah haji adalah mampu (Istitho’ah). Memang benar, rezki sudah ditentukan oleh Allah swt, tetapi apabila rezki itu tidak dijemput maka rezki itu akan tetap di tangan-Nya. Sama halnya dengan jodoh, jika tidak diusahakan maka jodoh akan tetap di tangan-Nya. 

           Maka, jelas bahwa ibadah haji memberikan stimulus bagi seorang muslim untuk progresif dalam memandang hidup. Bagaimana kerja keras siti hajar untuk mendapatkan air di tengah kegersangan padang pasir. Berlarian kesana-kemari tak ia dapatkan setetes air pun melaikan fatamorgana. Namun, keteguhan tanpa pantang menyerah ia berkorban demi seorang anak yang ia cintai. Barulah setelah bermandian peluh membasahi raga, Allah swt memberikan jalan keluarnya atas permasalahan yang ia hadapi dengan munculnya sumber air yang dikenal zamzam. Bermula dari zamzam-lah yang mengubah daerah yang semula gersang menjadi daerah yang mulai berangsur-angsur dikunjungi untuk mencari sumber kehidupan tersebut. 

       Mencoba menjemput ‘bola’ lebih baik daripada hanya menanti kedatangannya. Begitu juga dengan kisah Siti Maryam yang sedang mengalami kelaparan dan kesakitan pasca melahirkan Nabi Isa a.s. Raut kesedihan, kesengsaraan, kesakitan bercampur menjadi satu yang diisyarakat lewat wajahnya. Ia yakin bahwa Allah swt memperhatikan, meyayangi dan menginginkan yang terbaik baginya. Hatta, wahyu datang untuk menggoyangkan pohon kurma supaya buah kurma yang masak berjatuhan sehingga rasa lapar dan dahaga pun sirna. (Q.S. Maryam [19] : 22-26).  Bukanlah hal yang sulit bagi Allah untuk langsung memberikan kepadanya makanan, tetapi Allah menghendaki agar Siti Maryam untuk berusaha mendapatkan makanan dari geraknya sendiri. Betapa Allah menginginkan hambaNya menggunakan fasilitas anggota badannya yang super canggih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Kurban Sebagai Bentuk Pengorbanan

          Peristiwa penting yang juga terjadi pada bulan dzulhijjah adalah wahyu nabiyullâh Ibrahím untuk menyembelih putranya Ismail. Bukanlah hal yang mudah bagi Nabi Ibrahim untuk melakukan hal itu, dikarenakan putra yang telah lama dinanti-nanti tetapi diwahyukan untuk menyembelihnya. Kebimbangan terus melanda hati Ibrahim hingga ia memantapkan hatinya untuk melaksanakan apa yang telah diwahyukan kepadanya. Hal ini dikarenakan mimpi orang yang shalih adalah benar. Maka, tak ada kata untuk menentang perintah-Nya. 

Kurban secara harfiyâh (etimologis) berakar dari kata qarraba-yuqarribu-taqarruban  yang berarti mendekatkan. Sedangkan secara maknawiyâh (terminologis), Ibadah kurban merupakan ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt (taqarrûb) dengan memvisualisasikan hewan untuk disembelih. Namun, bukan berarti Allah swt membutuhkan hewan-hewan yang disembelih. Berbeda tradisi-tradisi lainnya yang menyembelih sebagai sesajian untuk para sesembahahan. Secara tegas bahwa Allah swt tidak membutuhkan akan hal tersebut. 

Sebagaimana ayat yang tertulis di muka. Redaksi awal ayat dimulai dengan munggunakan kata ‘lan’ yang dalam kajian bahasa arab berarti sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi. Sehingga sekali lagi bahwa Allah swt tidak membutuhkan hewan sesembelihan tersebut. Pada hakikatnya, manusia menyembelih kurban dalam rangka melaksanakan ibadah dan untuk menunjukan kepatuhan terhadap perintah Allah swt. dan kurban merupakan bukti ketakwaan manusia kepada-Nya. Ketakwaan merupakan substansi yang dimiliki seorang muslim sebagai bekal kala menghadapi Allah swt, karena sejatinya bekal takwa-lah sebaik-baiknya bekal. (Q.S. Al-Baqarah [2] : 197).

Pengorbanan yang dilakukan seseorang tidaklah diiringi dengan rasa untuk mengharap mendapatkan imbalan. Pengorbanan yang dilakukan dengan rasa ikhlas dan cinta akan menjadikan apa yang dilaksanakan menjadi mudah dan ringan. Seorang yang sedang jatuh cinta kepada lawan jenis akan rela mengorbankan apa yang diminta dengan rasa rela. Begitu kiranya seorang yang memiliki rasa cinta yang agung kepada Allah akan secara sukarela melaksanakan apa yang diperintahkan terhadapnya. 

Jangan Setengah-setengah

          Dalam sebuah pengorbanan, tentunya hendaknya dilakukan dengan totalitas sehingga membuahkan hasil yang memuaskan. Sebaliknya sesuatu yang diupayakan dengan setengah-setengah akan menghasilkan yang biasa saja. Begitu pula halnya dengan beribadah kepada-Nya. Keyakinan yang penuh bahwa hanya Ia-lah Tuhan yang wajib disembah, bukan keyakinan yang berada di persimpangan jalan. Kala menerima nikmat bertambahlah keyakinan kepada-Nya, namun kala mendapat bencana ia tidak menyakiniNya. Golongan demikianlah yang dikategorikan sebagai orang yang rugi dunia dan akherat. (Q.S. Al-Hajj [22] : 11). 

          Betapa gigihnya pengorbanan Nabi Nuh yang berdakwah selama 950 tahun melainkan hanya mendapatkan 80 pengikut saja. Tak kurang waktu dan tenaga yang ia kerahkan bermandikan peluh untuk mengajak manusia menyembah Allah swt. Nabi Musa yang harus berhadapan dengan penguasa bengis, Fir’aun. Serta Rasulullah saw, yang rela menahan hinaan, cercaan, lemparan batu demi menyampaikan risalah kebenaran. Betapa sakitnya manakala dakwah sampai kampung thaif, sampai para malaikat berebut untuk membalaskan perilaku kaum thaif terhadap Rasulullah saw, namun sebagai seorang memiliki keagungan akhlak, hal tersebut ditolak. Bagaimana jadinya jika para Rasul setemgah-setengah dalam berdakwah, tentu kita mungkin tidak dapat merasakan manisnya Islam. 

Ikhtitâm

Musuh terbesar bagi diri kita bukanlah orang lain dengan jumlah berapa pun, melainkan musuh itu adalah diri kita sendiri. Tinggal seberapa besar usaha seseorang untuk dapat mengalahkannya. Begitu pun penghambat terbesar dalam melakukan pengorbanan terhadap sesuatu. Al-Quran mendorong kaum muslim khususnya untuk progresif dalam menjalani kehidupannya. Islam mendorong untuk bekerja dan amat membenci kemiskinan karenanya-lah sumber permasalahan umat. Kebodohan dan ketertinggalan disebabkan oleh karena kemiskinan. Sehingga benar jika kefakiran dapat menjadikan seseorang menjadi kafir. 

 Rasanya tidak ada rumusnya jika keberhasilan, kenikmatan dan kebahagian akan terwujud tanpa adanya suatu pengorbanan dan perjuangan. Oleh karenanya, marilah bersama kita mulai pengorbanan dan perjuangan dalam mencapai sebuah keberhasilan di masa mendatang. AA Gym memberikan tips dalam hal memulai sesuatu yaitu mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai dari sekarang. Semoga Allah swt senantiasa memudahkan jalan kita dalam meniti sebuah hidup di masa depan yang lebih baik, lebih bermakna dan tentunya lebih bermanfaat bagi pribadi dan terpenting bagi orang lain. Wāllâhu’alam bishawwâb. [n]


Iqbal Zen
Mahasiswa Hukum Islam
Santri PonPes UII
           

*) Diterbitkan Oleh Buletin "Al-Rasikh" Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Diposting oleh Unknown di 18.41 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Label: Psikologi Keagamaan

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Mengenai Saya

Foto saya
Iqbal Zen
Muhammad Iqbal Juliansyahzen. Mengabdi sebagai seorang dosen tetap (PNS) di IAIN Purwokerto. Senang sekali bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan. Menulis sebagai ikhtiar merawat akal (hifz al-'aql). Selamat membaca
Lihat profil lengkapku

Menu kami

  • Akhlak (6)
  • Anekdot (10)
  • Doa (3)
  • Ekonomi (1)
  • Falak (3)
  • Hadis (1)
  • Kajian Fiqih (17)
  • Kajian Keislaman (8)
  • Kisah (3)
  • Lyrics (3)
  • Makalah (10)
  • Motivasi (9)
  • Muhasabah (38)
  • Mukjizat al-Qur'an (1)
  • Peradilan (1)
  • Psikologi Keagamaan (16)
  • Sosial Humaniora (5)
  • Student Exchange (16)
  • Studi Islam (2)
  • Ulasan (2)
Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Tulisan

  • ►  2020 (8)
    • ►  September (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (7)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (7)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (4)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Juni (1)
  • ►  2014 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (42)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (16)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (5)
  • ▼  2012 (44)
    • ▼  Oktober (8)
      • Senyum dan Cemberut
      • Wanita yang Selalu Berbicara Dengan Bahasa Al-Qur’an
      • SPIRIT PENGORBANAN DALAM AL-QURAN
      • SEDEKAH = LIFE CHANGE
      • JUJUR MEMBAWA BERKAH
      • LABBAIK ALLAHUMMA LABBAIK
      • HADIS BERDASARKAN TEMPAT PENYANDARANNYA
      • BERKATA BAIK ATAU DIAM
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (16)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2011 (28)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (10)
    • ►  Januari (6)

Pengikut

 
Copyright (c) 2010 Media Iqbal Zen. Designed for Video Games
Download Christmas photos, Public Liability Insurance, Premium Themes