Oleh : Iqbal Zen
Alhamdulillah kita masih diberikan kesempatan oleh Yang Maha Kuasa kembali dipertemukan dengan tahun baru hijriah. Secara bahasa hijriah merupakan
kata yang memiliki asal usul dari kata “Hijrah” yang berarti berpindah, atau
kemudian pula sudah mafhum menjadi kata serapan dalam bahasa Indonesia yang
sering dilafalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hijrah secara hakiki adalah berpindah ke arah yang lebih baik dalam semua
aspek. Yang mulanya masih kurang sergep ibadahnya menjadi lebih baik,
yang malas belajar menjadi rajin belajar, yang banyak tidur (alias malas) ya
mulai dikurangi, ya jarang sedekah yuk mulai demen sedekah sebagai
investasi kita.
Maka, hijrah merupakan suatu yang mutlak untuk dilaksanakan. Tak ada
seorang pun di dunia ini secara naluri ingin hidupnya stagnan dan tak berubah
menjadi lebih baik.
Setidaknya dalam memandang hijrah ini, kita perlu kembali mengkaji ayat “wal
tandzur nafsun ma qaddamat lighodz”. Ayat tersebut mengajak insan manusia muttaqin
untuk flashback melihat masa lalu sebagai batu loncatan untuk
perbaikan di masa mendatang.
Tak usah muluk-muluk untuk berubah menjadi lebih baik. Mari memulai
dari hal-hal yang sering dianggap sepele. Memproteksi diri kita dari perbuatan-perbuatan
yang dinilai kecil tetapi sejatinya mempunyai nilai yang besar. Karena sering
kali karena hal yang kecil itu, manusia malah ‘terpeleset’ ke dalam lembah
kenistaan dan dosa.
Ada sebuah kisah yang bisa dijadikan renungan bagi kita bersama bahwa
sesuatu yang ‘kecil’ membawa efek samping besar. Suatu ketika Nabi Isa a.s
melewati sebuah pemakaman umum. Ia mendengar suara dari salah satu makam yang
di dalamnya mendapatkan siksa dari para malaikat.
Berkat mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa a.s, Ia kemudian
membangkitkan ahli kubur tersebut dan bertanya kepadanya ”kiranya amal apa
yang membuatmu mendapatkan siksa di alam kubur? Ahli kubur tersebut pun
menjawab “ketahuilah wahai nabiullah bahwa aku telah mengambil kayu yang
bukan merupakan hakku”
“Seberapa banyak kah kayu yang engkau ambil itu? Ahli kubur pun
menjawab “tak lebih dari sisa makanan yang melekat di gigi seseorang”
Kisah lainnya adalah datang pada masa Rasulullah SAW, terdapat seorang anak
yang bernama Qirqirah. Ia sejatinya belajar dan mengaji kepada rasul sehingga kemudian ia
dipercaya sebagai security menjaga harta-harta yang menjadi rampasan
perang.
Sampai tersiar kabar bahwa Qirqirah meninggal dunia. Namun, anehnya ketika
kabar tersebut terdengar Rasul, Rasul mengatakan “huwa fin nar” (dia di
neraka). Usut punya usut ternyata qirqirah telah megambil barang kecil dari
harta-harta rampasan.
Atas kisah-kisah hikah di atas, semoga kita mempu mengambil intisari untuk
memperbaiki kehidupan kita menjadi lebih baik. Perubahan tidak terjadi secara
seketika, tetapi ada proses yang harus dilewati. Perubahan (-kata Aa Gym) mulai
dari diri kita, mulai dari yang kecil, dan mulai dari sekarang.
*Pesantren UII, 16 November 2013
0 komentar:
Posting Komentar