Muhammad Iqbal Juliansyahzen
Banyak tokoh menawarkan pendekatan dalam upaya melakukan pembacaan terhadap al-Quran. Salah satunya yang dilakukan oleh Toshihiko Izutsu dengan model pendekatan semantik. Menurutnya, pendekatan semantik merupakan kajian yang dilakukan secara analitis terhadap sejumlah istilah-istilah kunci/penting suatu bahasa dengan menggunakan kaca mata yang pada akhirnya sampai pada pengertian konseptual weltanschauung atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu, tidak hanya sebagai alat bicara dan berfikir, tetapi lebih penting lagi, pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupi. Dari sini, untuk menafsirkan al-Quran tidak cukup hanya sebatas mengetahui atau mengkaji bahasa secara mandiri, tetapi lebih penting dari itu ialah melihat konteks budaya dan struktur masyarakat dimana bahasa itu berkembang.
Izutsu menekankan bahwa semantik sebagai sebuah metode analitis terhadap teks juga dapat diaplikasikan dalam al-Quran. Dalam konteks ini, semantik al-Quran memiliki ontologis yang dinamis eksistensial. Misalnya ketika membedah bahasa Al-Quran mengenai alam semesta, dimana para filsuf menggambarkan ayat mengenai strukturisasi alam semesta sebagai sesuatu yang statis dan abstrak, semantik melihatnya sebagai proses yang dinamis dan wujud atau eksisten.
Izutsu menggarisbawahi bahwa dalam proses memahami weltanschauung al-Quran, ia memberikan ruang bebas bagi al-Quran dalam menjelaskan konsep dirinya sendiri. Metodenya, ia mengumpulkan sejumlah kata-kata yang dianggap mewakili konsep inti seperti Allah, iman, Islam, nabi, iman,kafir,dzalim, dan lain sebagainya, dan kemudian dikaitkan dalam konteks al-Quran. Kata penting itu kemudian disebut Izutsu sebagai kata kunci, yang pemahaman terhadapnya tidaklah mudah dan sederhana. Kedudukannya saling terpisah, tetapi memiliki keterkaitan konseptual yang utuh. Kata-kata tersebut membentuk kelompok-kelompok yang bervariasi baik besar atau kecil, dan terhubung dengan berbagai cara sehingga menghasilkan keteraturan yang menyeluruh.
Makna Dasar dan Makna Korelasional
Setiap kata pada dasarnya memiliki makna dasar dan makna korelasional. Makna dasar adalah makna yang terkandung pada kata itu sendiri, yang terbawa kemana kata itu berada. Dalam istilah lainnya, makna dasar adalah makna definitif atau leksikal). Sedangkan makna relasional adalah sesuatu yang konotatif yang diberikan penambahan atau penafsiran pada makna yang sudah ada dengan meletakan kata tersebut pada posisi khusus serta pada bidang yang khusus, berada pada relasi yang berbeda dengan sejumlah kata penting lainnya dalam sebuah sistem tertentu. Dalam istilah lainnya adalah makna konotatif, gramatikal). Pandangan semisal disampaikan Muqatil bin Sulayman dengan menyebut istilah yaitu kata yang memiliki arti definitif dan makna yang memiliki arti alternatif.
Seluruh komponen kata dalam al-Quran sejatinya berdialog secara sistematis meski berkedudukan secara terpisah. Hubungan antara kata tersebut berjalin tidak sederhana, melainkan sangat kompleks dan membentuk hubungan yang berkorelasi membentuk sebuah sistem yang simultan. Izutsu -sebagaimana ulasan Prof Machasin dalam pengantar buku terjemahan tersebut- menggunakan data yang tersimpan dalam khazanah kesusastraan Pra Islam atau Pra-Quran. Sejumlah kata misalnya Allah yang telah dikenal sejak Pra Islam. Terbukti dalam berbagai hasil sastra masyarakat Arab pra-Islam dan bahkan menjadi bagian dari sebuah nama. Kata lainnya misalnya kufr, yang memiliki medan semantik sendiri dan bertansformasi setelah hadirnya Islam dan diakomodir dalam al-Quran.
Pendekatan semantik dalam studi Quran merupakan tawaran yang patut diapreasiasi sebagai upaya mengungkap pesan suci Tuhan. Sebagaimana diurai diatas, pendekatan ini berupaya untuk memberikan ruang kepada al-Quran dalam mendefinisikan dirinya beserta konsep-konsep yang terkandung. Penggunaan pendekatan semantik diorentasikan untuk mengungkap dan memahami makna yang diinginkan al-Quran, bukan penafsir atau reader. Pendekatan ini tidak mudah dan sederhana. Penafsir harus menginventarisir kata-kata kunci yang memiliki hubungan dengan sebuah kata yang dikaji. Selain itu, tidak hanya memahami makna dasar tetapi juga memahami relasional dibalik kata tersebut. Wawasan budaya dimana bahasa itu digunakan menjadi sangat penting. Setiap upaya penafsiran tentu ditujukan untuk mencari pesan dibalik kata. Meski yang menjadi catatan penting ialah seorang pembaca atau mufasir tidak sepenuhnya lepas dari subjektivitas penafsir dalam memahami teks.
0 komentar:
Posting Komentar