(155) Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (157) Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Q.S. Al-Baqoroh (2) : 155-157)
Akhir-akhir ini bangsa indonesia ditimpa berbagai bencana. Mulai dari kecelakaan kereta api, tsunami di mentawai, gunung merapi sampai Status gunung krakatau yang meningkat dan lain sebagainya. Tentu, ini merupakan teguran Allah SWT kepada umat manusia agar lebih meningkatkan dan giat dalam rangka taqorrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah). Dari firman Allah SWT diatas, secara gamblang Allah SWT menjelaskan bahwa Allah SWT pasti menguji hambaNya dengan beberapa macam ujian. Diantara ujian tersebut ialah dengan rasa ketakutan, kelaparan , kekurangan harta dan bahan makanan dan lain sebagainya.
Penurunan Ujian dari Allah SWT ini pula dimaksudkan untuk menguji dan mengetahui hambaNya, mana dari hambaNya yang istiqamah dalam menerima ujian dari Allah dan mana yang tidak dapat menerima ujian tersebut. Orang-orang yang beristiqamah dalam menerima ujian ini akan selalu mengambil Ibroh (pelajaran) dari segala kejadian yang ada baik suka maupun duka wa bilkhusus dalam keadaan duka. Karena hal yang tersulit ialah dalam keadan duka, kemudian mampu menjadikan keadaan duka tersebut menjadi tolak ukur dalam proses menjadi insan kamil (manusia yang sempuna), disamping itu pula, lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Adapun orang yang tidak dapat beristiqamah akan ujian itu akan selalu memandang negatif kepada Allah SWT, akan selalu mengeluh dan berputus asa. Karena pada dasarnya menurut al-Qur’an sifat manusia ialah apabila diberi kenikmatan lupa dan apabila diberi sedikit kesedihan atau ujian maka akan berkeluh kesah.
Ironis memang, tatkala manusia menerima kenikmatan baik berupa kesehatan, harta yang melimpah, segala hal serba kecukupan dan lain sebagainya manusia lupa dan kurang bersyukur akan hal tersebut. Seolah-olah apa yang diterimanya merupakan hasil apa yang dihasilkan oleh tangannya dan mereka selalu berfoya-foya, menghamburkan harta, tidak menjalankan perintah agama. Namun sebaliknya, apabila kesedihan dan duka yang menghampiri mereka, maka sifat negatiflah yang muncul kepada Tuhan. Maka sudah sepantasnyalah Allah SWT murka kepada kaum yang demikian.
Ebiet G Ade dalam tembangnya pun melantunkan “mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita”ho...hoo. Betapa indah dan sarat makna syair tersebut apabila kita merenungi maknanya. Maka penulis ingin bersama-sama mengajak kepada teman-teman, sahabat-sahabat dan saudara-saudara sesama muslim bahwa kita sebagai manusia yang tak luput dari dosa-dosa dan kesalahan, maka hendaklah kita masing-masing bermuhasabah (menginstropeksi diri), apakah apa yang telah kita perbuat adalah hal yang baik sesuai tuntunan agama dan dicintai Allah SWT, ataupun malah sebaliknya melakukan hal yang tercela dan tidak sesuai dengan tuntunan agama.
Siapakah orang yang mendapat berkat, rahmat dan petunjuk Allah?
Sebagaimana firman Allah SWT diatas, bahwa ujian ini pula merupakan kabar gembira bagi orang yang sabar dalam menerima dan memandang positif ujian tersebut. Karena melalui ujian, seseorang akan menjadi lebih dekat kepada sang pencipta dan selalu mengoptimalkan penghambaan kepadaNya sebagai ketundukan dan kepatuhan seorang hamba.
Musibah tentu akan datang kepada kita selaku penghuni bumi Allah, ini berdasarkan firman Allah diatas. Diawal ayat tersebut Allah menggunakan Lam Taukid dan terdapat Nun Taukid pada kata "Lanabluannakum". Menurut kaidah bahasa arab, kata yang diawali dengan kata Lam Taukid dan terdapat Nun Taukid maka bermakna pasti atau sungguh. Ini berarti musibah akan selalu datang kepada kita, entah kapan, dimana dan apa musibah itu datang, kita tidak mengetahuinya. Lantas sudahkah kita siap untuk mengahadapinya dan apakah yang patut kita persiapkan untuk menghadapinya?. Tentunya, bekal yang mesti kita siapkan adalah iman yang berkualitas. Tentu iman itu harus berkualitas, Karena sifat iman itu sendiri adalah yajid wa yanqush (bertambah dan berkurang), bertambah dengan selalu mengingat Allah SWT dan berkurang karena perbuatan maksiat. Maka marilah, mulai dari sekarang untuk sedikit demi sedikit mengurangi maksiat kepada Allah SWT suapaya iman itu tumbuh menjadi iman yang berkualitas.
Oleh karena pentingnya iman sebagai benteng yang paling ampuh dalam rangka menghadapi gempuran-gempuran, maka kualitas iman mesti kita tingkatkan dengan cara selalu menghadirkan Allah dalam hati kita dan memposisikanNya ditempat yang istimewa dan kelas executive. Sehingga nantinya kita sudah siap dalam menghadapi musibah dan ujian Allah SWT.
Sebagai umat yang beragama tentunya. Dimana agama memiliki peran penting yaitu diantara sebagai nasehat, sebagaimana sabda Rosulullah SAW dari Abu Ruqayyah Tamiim bin Aus Ad Daari radhiallahu 'anhu : Ad-dienu nashihatu yang berarti agama adalah nasehat. Maka agama menuntun umat manusia apabila musibah menimpa kita hendaknya mengucapkan ("Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun") yang berarti Sesungguhnya hanya milik Allah SWT dan kepadaNyalah tempat kembali. Tentunya ucapan yang begitu mendalam ini, tidaklah akan keluar dari dalam lubuk hati kalau tidak menempuh latihan dan pembiasaan. Selain itu pula, Allah memerintahkan untuk bersifat sabar atas segala ujian. Karena dengan ujian ini kaum muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, umat yang mempunyai keyakinan yang kokoh, jiwa yang tabah, dan tahan uji.
Apabila sifat-sifat itu yang kita tumbuh kembangkan dalam kehidupan sehari-hari maka sesuai dengan janji Allah SWT yaitu Pertama Tuhan memberikan ShalawatNya kepada kita, artinya bahwa kita dipelihara dan dijamin. Kedua kita diberi limpahan Rahmat, yaitu kasih-sayang yang tidak putus-putus. Tidak cukup hanya sehingga diberi Shalawat dan Rahmat, bahkan dijanjikan lagi dengan yang lebih mulia, yaitu diberi petunjuk di dalam menempuh jalan bahagia ini, sehingga sampai dengan selamat kepada yang dituju sesuai penutup ayat diatas "Mereka itulah tergolong dalam golongan yang mendapat petunjuk
Penutup
Penulis mengajak kepada teman-teman, saudara sesama muslim untuk senantiasa mengintrospeksi diri kita masing-masing. Bagaimanakah kualitas ibadah kita kepada Allah SWT. Apakah ibadah yang kita lakukan itu telah kita optimalkan ataupun malah sebaliknya. kita malah menjauh dari mengingat Allah SWT. Na’udzubillah. Ujian akan selalu datang kepada kita tergantung bagaimana kita dalam mengahadapinya. Karena pada dasarnya dengan ujian ini kaum muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, umat yang mempunyai keyakinan yang kokoh, jiwa yang tabah, dan tahan uji sehingga nantinya menjadi insan kamil (manusia sempurna). WaAllu’alamu bishowab..
Mahasiswa hukum islam (syari’ah) dan
Santri Pon-Pes Ashabul Kahfi 2010
Selasa, 18 Januari 2011
Muhasabah dari Bencana
Diposting oleh
Unknown
di
09.10
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Label:
Muhasabah
0 komentar:
Posting Komentar