Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S. Al-Hasyr [59] : 18)
Tak ada kata yang pantas terucap melainkan kata syukur yang agung atas perkenankanNya kepada kita untuk menghirup udara segar di tahun baru islam 1432 H. Setiap kali kita memasuki tahun baru islam, kita seharusnya memiliki semangat baru untuk merancang bagaimana menata kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Setumpu harapan besar tentunya tertanam dalam diri masing-masing supaya tahun ini lebih akan membawa kita pada perubahan positif yang signifikan. Perubahan itu hendaknya dan memang seharusnya menjadi yang lebih baik bukan sebaliknya malah menjadi lebih buruk. Namun, apabila perubahan tersebut mengarah ke sisi yang lebih buruk, maka ia adalah termasuk golongan orang yang merugi. Sebagaimana hal ini disinggung Rasulullah SAW “ Barang siapa harinya lebih baik dari hari kemarin maka ia termasuk golongan yang beruntung, barang siapa yang harinya sama dengan hari kemarin maka ia termasuk golongan yang merugi, dan barang siapa yang harinya lebih buruk dari hari kemarin maka termasuk dalam golongan yang dilaknati.
Secara langsung hadis tersebut menuntut kita untuk senantiasa memacu diri menjadi lebih baik dan selalu ber-muhasabah (mengintrospeksi diri) akan kesalahan-kesalahan kita yang kemudian dijadikan sebagai cerminan untuk memperbaikinya. Maka jelas sudah, perubahan itu penting adanya. Tentunya, perubahan itu dilakukan pada segala lini dan aspek dengan tidak mengkhususkan hanya pada hal tertentu. Perubahan disini adalah diartikan sebagai peningkatan atau proses dalam menuju kesuksesan. Apabila kita melihat seorang tokoh besar misalnya ataupun seorang yang sukses dalam berkarir, tentunya tokoh tersebut tidak luput dari melakukan perubahan (inovasi) dalam hidupnya dan juga melakukan apa yang tidak atau belum kita lakukan. Seorang arif mengatakan “Fi kulli marratin taro syahson najihan aktsaro minka, i’lam annahu ya’malu mala taf’aluhu anta” artinya bahwa pada setiap kali, kamu melihat seorang yang sukses melebihi dirimu, ketahuilah! Bahwasanya dia melakukan apa yang tidak kamu kerjakan.
Risalah Islam
Tepatnya sudah 1432 tahun yang lalu, Rasulullah SAW melaksanakan hijrahnya dalam rangka dakwah fi sabilillah. Dan bermula dari itu pula bendera islam berkibar di muka bumi dibawah naungan cahaya Ilahi melalui risalahnya. Beliau yang merupakan nabi penyempurna, pelengkap serta penutup para nabi-nabi sebelumnya yang memiliki urgensi sebagai penyempurna akhlak manusia, sebagaimana termaktub dalam hadisnya “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus sebagai penyempurna akhlak”.
Hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pun dari Makkah ke Madinah telah membawa perubahan besar terhadap peradaban umat manusia, perubahan dari zaman jahiliah menuju peradaban madaniah di bawah naungan cahaya Illahi, dengan kata lain bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam melakukan perubahan yang paling fundamental (dasar) dalam kehidupan, dari kehidupan yang tidak memiliki peradaban ke arah kehidupan yang penuh rahmat dan kasih sayang.
Islam merupakan agama tunggal yang mendapat restu (Ridho) dari Allah sebagaimana yang termaktub dalam salah satu ayat “Inna addiena ‘indaAllahi al islama” artinya hanya agama islamlah yang ada pada sisi Allah SWT. (Q.S. Ali Imran [3] : 19). Karena hanya agama inilah yang dapat dalam membimbing umat manusia dalam melaksanakan perubahan dan menemui kebahagian haqiqi melalui jalan yang mudah untuk ditempuh. Ajaran islam yang selama ini telah kita anut dan yakini bersama hadir sebagai sosok pencerah yang memberikan pandangan realitas akan nilai-nilai kehidupan. Betapa tidak, nilai-nilai yang terkandung didalam ajaran itu sendiri bukan merupakan ajaran yang berasal dari angan-angan, bukan pula agama yang hanya mengambang di alam mimpi dan meninggalkan problematika kehidupan tanpa adanya solusi yang bisa dilakukan. Melainkan memberikan jalan keluar yang komprehensif sehingga memudahkan bagi para pemeluknya itu sendiri.
Langkah Menuju Perubahan
Sebagaimana seruan Allah SWT yang tertulis diawal, sengaja hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman semata. Hal ini dimaksudkan supaya kita lebih terpacu dalam mengerjakan perintah Allah SWT serta menjauhi larangan-Nya sehingga termasuk dalam golongan umat yang beriman. Seruan pertama Allah SWT kepada umat manusia ialah supaya manusia lebih meningkatkan ketakwaan. Karena dengan modal takwa inilah yang merupakan modal manusia yang terbaik. Sesuai firman Allah SWT dalam surat al-baqarah [2] : 197, “. . . .Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.
Seruan kedua, persiapan untuk menghadapi hari esok yang lebih baik. Yang dimaksudkan ialah persiapan bekal yang cukup. Tentunya persiapan tersebut tidak lepas dari kenyataan dan pengalaman yang telah terjadi sebelumnya. sehingga apabila terdapat kesalahan-kesalahan yang telah lewat tidak akan terulang. Disamping itu pula hendaknya kita harus mempertahankan segala suatu yang sudah baik dan menjadikan serta mengambil hal-hal baru yang lebih baik.
Selain daripada seruan Allah SWT diatas, masih terdapat resep khusus dalam rangka menuju perubahan. Diantara resep tersebut adalah
Pertama, Arahkan tujuan, tentunya tujuan yang hendak dicapai ialah menuju perbaikan, ketaatan,ketaqwaan, serta keimanan kepada Allah SWT. Setelah mengarahkan tujuan tersebut kemudian menata ulang mindset (cara pandang). Sudahkan kita menata mindset kita dengan baik untuk melakukan suatu perubahan?. Cara pandang merupakan salah satu resep tersebut, cara pandang kita terhadap suatu tentunya sangat menentukan terhadap perubahan (kesuksesan). Apabila cara kita memandang masa depan dengan kacamata negatif (negative thinking) maka segala suatu yang menjadi tujuan pencapaian akan sering menemui hambatan-hambatan tertentu. Maka, ber-positive thinking (berpikir positif) terhadap segala hal merupakan salah satu resep tersebut.
Kedua, melakukan dengan step by step (bertahap). Tentunya perubahan itu lebih efektif apabila dilaksanakan dengan cara bertahap. Tidak dengan cara sekaligus (one time). Pepatah arab mengatakan, “Qolilun daimun aktsaru min katsirun munqothi’ “ yang artinya sedikit yang dikerjakan secara rutin, lebih besar daripada banyak akan tetapi terputus. Disadari atau tidak, perbuatan yang dilakukan secara sedikit demi sedikit lebih baik dari perbuatan yang dilakukan secara besar akan tetapi dilakukan hanya dengan sekali tempo. Dan tentunya itu di mulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu.
Langkah selanjutnya ketiga,dengan cara sedikit berbicara dan banyak bertindak (Talk less do more). Resep tersebut pula termasuk dalam salah satu resep jitu mencapai perubahan selain kedua yang telah dipaparkan sebelumnya. Berbicara semata tanpa adanya realisasi yang nyata adalah nihil. Maka, keselarasan antara ucapan dengan perbuatan harus sejalan lurus dan dan nyata dalam realisasinya. Bukti pelaksanaan lebih utama daripada sekedar ucapan-ucapan atau teori-teori belaka. Terakhir yang keempat yaitu mulai dari diri sendiri. Apabila kita telah mampu melaksanakannya maka nantinya akan terbentuk komitmen dalam rangka membentuk tatanan kehidupan yang harmonis.
Epilog: Hikmah Tahun Baru Hijriah
Kembali pada makna asal dari hijrah itu sendiri yang bermakna yaitu meninggalkan, berpindah atau berubah. Yaitu meninggalkan dari segala hal yang mempunyai nilai-nilai kurang baik (default values) menuju sesuatu yang baik atau nilai-nilai yang sempurna (perfect values). Berpindah dari suatu bentuk kejahilan menuju ke ilmu pengetahuan (intelektualitas). Serta berubah dari dari bentuk keterbelakangan menjadi modernitas.
Adapun hikmah utama dari tahun baru hijriah ini tentunya sebagai momentum ber-muhasabah (mengintrospeksi diri) bahwa sejauh mana usaha kita dalam membumikan nilai-nilai ajaran islam dalam diri kita masing-masing. Apakah nilai-nilai tersebut telah merekat erat dalam diri kita sehingga kita mampu melaksanakan suatu yang berarti dan bermanfaat baik bagi orang lain dan khususnya bagi diri kita pribadi?. Selain sebagai momentum mengintrospeksi diri, tahun baru hijriah juga mengingatkan kita akan kegigihan Rasulullah SAW ketika berhijrah dalam rangka membumikan agama Allah SWT yang kemudian dijadikan sebagai oase kita dalam memahani agama islam yang hanif (lurus).
Berdasarkan paparan diatas bahwa tahun baru hijriah harus diisi dengan berbagai perubahan positif. Apabila sifat-sifat tersebut yang telah kita tumbuh kembangkan maka kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Semoga pada tahun baru hijriah ini kita dapat mengisinya dengan perubahan-perubahan positif, selalu dilimpahi berkah, anugerah, kesehatan, dijauhkan dari segala bencana, serta selalu dalam naungan dan lindungan Allah SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Wallahua’lamu bi ash-shawab..
*Iqbal Zen
Santri PonPes Ashabul Kahfi UII dan Mahasiswa Hukum Islam FIAI UII 2010
Selasa, 18 Januari 2011
Tahun Baru Hijriah 1432 H, Menuju Perubahan
Diposting oleh
Unknown
di
08.50
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Label:
Muhasabah
0 komentar:
Posting Komentar