“ Kujujuran adalah Mata Uang yang Berlaku dimana-mana”
ya itulah kata yang selalu ayahanda tercinta nasihatkan kepadaku semenjak kecil. “JUJUR”
Belajar dari sandal, yaa, begitulah yang tergambar dalam benak fikirku sekarang. Yaahh.. tak mahal sih sebenarnya sandalku tapi yaa lumayan buat melindungi kaki dari panas dan kotoran. Apalagi sandal semacam itulah yang memang menjadi trennya santri sewaktu aku masih duduk di bangku Aliyah. Sandal itu sudah cukup lama setia menemani kakiku kemanapun kakiku melangkah. Ya kira-kira aKu membelinya di penghujung semester akhir sebelum UN.
Alkisah, hari jum’at aku memiliki mata kuliah yang sangat kusayangkan untuk kulewatkan. Mata kuliah itu di mulai setelah shalat jumat. Ketika itu aku dan rekanku masih berada di Pondok kami. niatnya kami berangkat setelah menunaikan shalat jum’at karena masih mempunyai kesibukan masing-masing.
Tak dekat jarak antara kampus dan pondok. Jika mengendari motor menghabiskan waktu 25 menit, kalau menaiki sepeda mengahabiskan waktu satu jam, kalau jalan bisa sampai empat jam atau bahkan lebih, ya lumayaann kan…
Saat melaksanakan shalat jumat, tiba-tiba hujan nan lebat mengguyur . Dalam hati pun aku sempat mengeluh dan komat-kamit supaya hujan segera reda. Hingga prosesi shalat jumat selesai hujan belum juga reda. Yaa, akhirnya aku menunggu sejenak, namun tak kunjung reda. Aku pun nekat pulang ke pondok, lalu siap-siap meluncur ke kampus.
Dengan berlindung dibawah mantel dari guyuran hujan aku tekadkan untuk tetap berangkat. Berbeda waktu itu, karena guyuran hujan yang begitu lebat, aku tidak langsung memakai sepatu melainkan dengan sandal. Sepatu akan kupakai sesampainya di kampus, tentunya khawatir akan basah. Alhhamdulillah saja, dosen masih menerima kami untuk mengikuti kuliahnya walau telat..
Singkat cerita, sambil menunggu hujan yang begitu lebat itu reda. Aku sempatkan mengikuti agenda yang diadakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Tarbiyah. Yah, sambil menyelam minum air, istilahnya lumayan buat mengecas ruhani,,hehe
Hingga maghrib dating, hujan belum pula reda.
Dengan tanpa pertimbangan lagi aku putuskan untuk pulang ke pondok untuk mengikuti kuliah malam. Di tengah perjalanan, perut kami bernyanyi-nyanyi indah meminta kami untuk mempir ke sebuah warung makan.
Aku yang kembali memakai sandal mampir di sebuah warung lesehan, kebetulan terletak taidak jauh dari pondokku, warung yang menggunakan rumah untuk para pembeli yang ingin makan di tempat itu. Sehingga mengharuskan pembelinya untuk melepas alas kakainya. Aku pun masuk dan melepas sandalku. singkat cerita setelah selesai makan. Aku melirik sandalku..” sudah tidak ada”.
Bergumam di dalam hati “nangdi iki si antique (sandal)”
Ku lirik lagi, mataku tertuju pada sandal dengan merk sama , tapi diletakkan tidak pada tempat semula, sedikit berada didalam ruangan. Terkesan jadi sandal terhormat. Langsung saja aku menjustice, nah itu dia sandal ku,,
Namun, setelah kupakai, ternyata sandal itu terasa seperti baru lagi. Aku bingung saat itu, antara memakainya tapi aku yakin ini bukan sandalku atau aku pulang tanpa sandal. Terlintas dalam fikiranku, ya mungkin ada pembeli lain yang salah pakai.
Aku pun pulang dengan memakai sandal baru, tapi tetap hatiku tak tenang. Sesampai di pondok tetap hatiku tak tenang, kalau-kalau ada pemilik aslinya. Daripada aku tidak tenang akhirnya aku pun kembali ke warung itu. Aku tanyakan kepada penjual, apakah ada seorang yang mencari sebuah sandal? Atau Atau adakah yang ingin menukar sandal?
Penjual pun menjawab “ Tidak ada”
Ku tunggu sejenak di warung itu, namun tetap tidak ada. Akhirnya, ku berikan alamatku kepada penjual. putuskan untuk pulang mengingat ada kuliah malam di pondok ku. Ya, setidaknya hatiku sudah terasa sedikit lebih tenang seusai kembali ke warung dan member alamatku.
Setelah beberapa hari, tetap tidak ada yang datang ke pondok, ya, mungkin Allah ingin mengganti sandalku itu menjadi lebih baru, hehe
Alhamdulillah…
Allah adalah yang Maha Mengetahui, ya semoga itu memang menjadi pengganti sandalku yang hilang terlebih dahulu.
Sifat jujur menjadikan hati kita menjadi tenang, tanpa ada keraguan. Ketika kita berbohong tentunya kia akan merasakan rasa keraguan, ketidaktenangan dan sebagainya. Maka sikap jujur adalah mutlaq yang harus melekat dalam hati. Dan karena itulah:
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَالْكَذِبَ رِيْبَةٌ
"Maka sesungguhnya jujur adalah ketenangan dan bohong adalah keraguan.
Jikalau kita berbohong maka tentunya kita akan merasakan ketidaknyaman, kegelisahan, keraguan, dan lainya.
Setiap akhlak yang baik, itu bisa diusahakan dengan membiasakannya dan bersungguh-sungguh menekuninya, serta berusaha mengamalkannya, sehingga kita dengan akhlak yang baik kita akan selalu mendapatkan kebaikan dari Allah SWT, Karena itulah, Rasulullah r bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ. وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا
"Kamu harus selalu bersifat jujur, maka sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan membawa ke surga. Dan senantiasa seseorang bersifat jujur dan menjaqa kejujuran, sehingga ia ditulis di sisi Allah I sebagai orang yang jujur."
Namun sebaliknya, ketika kita berbohong , yang nantinya itu akan menejerumuskan kepada keburukan. Orang yang sudah terbiasa berbohong, maka akan terbiasa untuk berbohong untuk seterusnya. Rasulullah SAW bersabda..
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ, وَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
"Jauhilah kebohongan, maka sesungguhnya kebohongan membawa kepada kefasikan, dan sesungguhnya kefasikan membawa ke neraka. Senantiasa seseorang berbohong, dan mencari-cari kebohongan, sehingga ia ditulis di sisi Allah I sebagai pembohong.
(HR. al-Bukhari, Muslim, al-Muwaththa`, Abu Daud, dan at-Tirmidzi, dan ini adalah lafazhnya (Jami' al-Ushul 6/442, hadits no. 4641. )
Semoga kita senantiasa dipelihara Allah dengan sifat-sifat mahmudah (baik) aminn
Allahumma Aghnina bil ilmi wa zayyina bil hilmi wakrimna bit attaqwa,,, Aminnn
0 komentar:
Posting Komentar