Kriiiinggg…kriiinggg… begitulah kiranya suara tanda ada sebuah pesan singkat masuk ke hp ku. Namun, ketika itu, aku tidak langsung ku buka karena sedang membaca sedikit demi sedikit ayat-ayat dalam mushaf kecil kesayanganku cetakan Bierut. Asyik membaca ayat demi ayat ternyata waktu sudah memasuki waktu isya.
Gema azan dari mushala pondok ku terdengar begitu merdu dan menggema keseluruh penjuru pondok, memanggil para santri untuk kembali menunaikan ibadah shalat isya secara berjamaah. Dengan diimami oleh kiyai pengasuh pondok menambah nuansa hangat dan hening kala itu di mushala pondok pesantren Universitas Islam Indonesia.
Seperti biasa agenda rutin yang kami miliki setelah menunaikan ibadah shalat isya adalah kuliah. Tetapi, perutku yang sedari pagi belum ku isi dengan makanan pun terasa amat lapar dan menuntutku untuk segera di isi. Ku sempatkan untuk membeli makan terlebih dahulu sebelum kuliah dimulai dengan konsekuensi kuliah pun terlambat.
Satu piring nasi bserta laauk pauk khas pondok pun ku santap, perut terasa lebih nyaman sekarang. Memasuki gerbang pondok, aku sempat was-was jikalau aku terlambat. Namun, ternyata dosenku mengirim pesan bahwasanya beliau berhalangan hadir.
Alhamdulillah, syukurku dalam bibir beriringan dengan hati memuji asma Allah. Lega. karena bisa kumanfaatkan untuk sedikit persiapan kembali untuk ujian esok hari. Memasuki kamarku, mata ku langsung tertuju pada ponselku, aku baru ingat kalau tadi setelah maghrib aku mendapatkan sebuah pesan singkat. Langsung saja tangan merespon mata yang menuju pada ponsel itu.
Ternyata mbak ku yang mengirimkan pesan itu. Terkejut aku seketika, terasa dibumbui dengan rasa yang bercampur aduk dalam hati dan fikiranku kala itu. Jiwa terasa tercambuk oleh pecut yang begitu keras membaca pesan itu.
“Dek, mbah udah dipanggil YANG MAHA KUASA, tadi jam 18.46”
Innalillahi wa Innailaihi Roji’un…
Langsung saja badan ku terasa lemas meski baru saja ku mengisi energi untuk badanku. Sore hari sebelum berita itu sampai padaku. Aku sempat bertinteraksi lewat telefon dengan orang tuaku yang berada di Lampung.
“mbah sakit, sudah sepuluh hari lamanya dan sudah menghabiskan 15 botol infus”…
ayahanda berkata pada ku dan tak lupa, memintaku untuk senantiasa mendoakannya setelah sebelumnya juga sering berinteraksi padaku.
Sedih… segenap anggota keluarga berkumpul sedangkan aku tidak bisa secara langsung bertatap muka untuk yang terakhir kalinya, karena aku tidak bisa langsung pulang karena jarak yang membentang.
Fikiran yang sedang menghadapi ujian di kampus seketika galau dan tak menentu ditambah dengan berita ini. Tetapi aku yakin semua pasti ada hikmah yang terkandung dan tetap sabar dalam menerima segala bentuk ujian yang Allah berikan kepada kita. Karena Allah pasti akan menguji kita dengan aneka ujian, tergantung pada kita, apakah mau menerima ujian itu yang kemudian dijadikan pacuan supaya lebih baik atau sebaliknya..
Ya hanya doa lah yang mewakiliku disana. Semoga amal ibadahnya diterima di sisiNya, di ampuni segala dosa-dosaNya serta mendapatkan tempat yang mulia di sisiNya.
Ya, segala yang bernyawa tentunya akan mencicipi bagaimana rasanya sakaratul maut, Allah SWt berfirman dalam surah ali-Imran [3] : 185
“tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”
Maka, pastilah kita pun akan menyusul mereka, entah kapan, bagaimana, dimana, apa yang sedang kita lakukan mau pasti menghampiri kita. Kita pun tidak akan mampu membendung kedatangan malaikat izrail yang membawa surat tugas dari Yang Maha Memegang Setiap Ajal walapun kita membangun benteng yang kokoh lagi tinggi tidak akan sanggup membendung kita dari maut. Allah SWT berfirman dalam surah An-nisa [4] 78 :
Sudahkah kita memiliki bekal yang cukup untuk kita bawa ke alam akhirat yang kekal??? Pasti kita menjawab kita belum siap…
Apakah harta yang melimpah yang akan kita bawa nanti??,
tentu tidak, melainkan kita hanya mengenakan sehelai baju saja “kain kafan”
tentu tidak, melainkan kita hanya mengenakan sehelai baju saja “kain kafan”
Ataukah pangkat yang tinggi yang kita sandang mampu menagkis segala siksaan?? Tentu tidak
Tentu bekal itu hanya ketaqwaan kita kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman dalam surah al-baqarah [2] : 197
Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.
Hidup di dunia, menurut pepatah orang jawa adalah ibarat orang yang “mampir ngombe” hanya sekedar mampir untuk minum saja yang kemudian dilanjutkan untuk menempuh perjalanan yang jauh.
Rosululloh SAW sendiri mengibaratkan kehidupan di dunia adalah seperti orang yang menempuh perjalanan, artinya seberapa lama ia diperjalanan pastilah ia akan kembali ke tempat asalnya dan tentunya di tempat asalnyalah ia jauh lebih lama. Atau dengan ibarat lain bahwa dunia hanyalah sebagai jembatan untuk menuju akhirat karena kehidupan di dunia hanya sebuah pengembaraan, sebagaimana Rosululloh SAW bersabda …
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرِ سَبِيْلٍ
Artinya : “Posisikanlah dirimu di dunia ini seperti halnya orang yang mengembara atau orang yang melintasi jalan”.
Kehidupan akhirat yang kekal yang merupakan balasan atas segala perbuatan yang kita kerjakan sewaktu masih hidup di dunia. Kelak ketika kita berada di padang mahsyar yang tentunya segala amal itu akan dimintai pertanggung jawabannya seperti diantaranya :
Untuk apa umur kita habiskan?
Darimana harta yang kita miliki dan untuk apa harta itu?
Untuk apa ilmu yang kita miliki?
Untuk apakah badan yang sehat? Untuk beribadahkah…??
Maka pertayaaan pun timbul… SIAPKAH KITA MENJAWABNYA?
Tentunya, amal ibadah kitalah yang akan menjawabnya karena pada hari itu (kiamat) bibir kita akan terkunci sehingga kita tidak dapat sedikitpun mengelak akan semua kebenaran yang ada..
Maka, langkah jitu dan ampuh yang dapat menjaga kita dari perbuatan yang kurang baik adalah dengan cara kita mengingat kematian. Dengan cara inilah kita akan selalu ingat bahwa kehidupan hanya sementara tidak untuk selamanya. Dan berupaya dengan sungguh-sungguh mempersiapkan bekal dan berusaha menjauhi kesenangan dunia yang hanya sementara
Semoga kita, orang tua kita, keluarga kita, guru-guru kita, orang-orang yang kita cintai serta kaum muslimin diberikan kemudahan dan kelancaran serta diberikan khusnul khotimah.. Amiiiinnnnnnnnnnn Allohumma Amin…
0 komentar:
Posting Komentar