skip to main | skip to sidebar

Media Iqbal Zen

Teruslah Berpuasa hingga Tuhanmu Menyuruhmu Berbuka

Pages

  • Beranda
  • Google Scholar
  • Arsip

Jumat, 10 Januari 2014

PLURALITAS vs PLURALISME


Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujarat [49] : 13)

Dalam sebuah diskusi internal di kalangan mahasiswa, penulis pernah meminta kepada teman-teman penulis untuk menulis sebuah artikel yang bertemakan “Islam Bicara Soal Toleransi”. Dari hasil tulisan tersebut, rencananya selain sebagai bahan diskusi selanjutnya juga diperuntukkan untuk dipublikasikan baik melalui website maupun majalah dinding (mading). Setelah waktu pengumpulan artikel tersebut tiba, beberapa rekan mahasiswa pun akhirnya mengirim artikelnya melalui email penulis.
                Dari beberapa artikel tersebut, ternyata masih ada dari sementara mahasiswa yang mencampur-adukkan antara beberapa istilah yang sejatinya memiliki pemaknaan yang berbeda. Pelafalan terhadap suatu istilah tentunya haruslah dipahami terlebih dahulu secara matang-matang, karena seringkali seseorang dalam menggunakan suatu kata atau kalimat hanya bersumber pada apa yang ia sering dengar saja, tanpa adanya upaya untuk lebih mengkaji terhadap substansi suatu kata tersebut.     

Pluralitas dan Pluralisme

                Secara sepintas memang kedua kata tersebut memiliki arti yang sama, karena berasal dari satu akar kata yang sama yaitu “Plural” yang berarti jamak, atau lebih dari satu (KBBI). Dalam kajian linguistik, adanya imbuhan pada suatu kata dasar tentu berimplikasi pada perbedaan makna substansinya. Seperti dalam bahasa Arab, meskipun berasal dari satu kata “al-muslim” ketika berubah menjadi “al-muslimầtu” atau “al-muslimứna” tentu maksud kata pun akan berbeda. Bahkan tidak hanya sturktur kata, perbedaan saktah pun dapat menjadikan substansi makna berubah. Hal itu hanya menunjukan bahwa perubahan sekecil apapun terhadap suatu kata besar kemungkinannya berdampak pada arti yang pada akhirnya berbeda.
                Begitu halnya dengan Pluralitas dan Pluralisme (agama), sama tapi tidak kembar. Sama-sama menunjukan adanya objek pemahaman yang lebih dari satu, tetapi terdapat perbedaan substansial dari objek tersebut. Pemahaman terhadap suatu istilah adalah penting, karena tidak jarang ada pihak-pihak yang mencoba mengelabuhi umat dengan menggunakan berbagai macam istilah. Bisa jadi, karena salah tangkap terhadap istilah itu menjadikan malapetaka baginya sendiri.
                Menurut Anis Malik Thoha dalam bukunya Tren Pluralisme Agama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan dengan pluralitas agama lebih mengupas pada masalah kondisi dalam kehidupan yang berjalan secara damai (koeksistensi) dan interaksi sosial antar manusia yang berafiliasi kepada agama, tradisi, dan kultur yang berbeda. Jadi permasalahannya adalah lebih merupakan masalah interaksi sosial, bagaimana mengatur individu antar individu, atau individu antar kelompok yang hidup dalam tatanan masyarakat tertentu. Sehingga sekali lagi bahwa pemahaman terhadap pluralitas agama lebih pada sisi sosial-praktis, daripada sisi teologis atau keimanan. Pengertian tersebut sesuai dengan definisi yang diberikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dikomandoi oleh KH. Ma’ruf Amin.
                Sedangkan makna dari pluralisme agama sebagaimana telah difatwakan oleh MUI yaitu faham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama atau benar. Kalaulah demikian pengertiannya, tentunya Islam secara tegas menolak akan adanya faham tersebut. Dalam Al-Quran secara langsung menyebutkan bahwa satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah adalah Islam (baca : Ali-Imran [3] : 19). 

Truth Claim (Klaim Kebenaran)

                Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memantapkan dirinya bahwasanya hanya agama Islamlah yang benar. Inilah yang kemudian disebut sebagai klaim kebenaran. Klaim kebenaran ini sejatinya tidaklah hanya dimiliki oleh agama Islam. Hakikatnya memang setiap agama memiliki klaim bahwa agamanya-lah yang paling benar, sehingga sifat dari klaim tersebut adalah inhern di tiap-tiap agama.
                Dalam agama lainnya misalnya kristen juga terdapat klaim seperti “tidak ada keselamatan di luar Gereja (extra ecclesiam nulla salus)”. Begitu juga dalam agama Yahudi, ada istilah ‘gentiles’ yang berarti orang yang tidak se-iman dengan mereka. Selain itu, dalam agama Hindu ada istilah “moksha”, sedangkan dalam agama Budha ada istilah “Nirvana” yang menunjukan kedudukan tertinggi manusia yang hanya didapatkan dengan ritual-ritual yang ada dalam ajaran agama Budha itu sendiri (Farkhani : 2013).
                Tentunya, dalam menyikapi adanya klaim kebenaran masing-masing agama seorang pemeluk agama wajib bersikap toleran, bersahabat dan berdamai dalam bingkai kemajemukan yang ada. Kalaulah dimaksud untuk meredam perpecahan dan menciptakan stabilitas dari berbagai konflik menuju perdamaian maka Islam tentu mendukung. Tetapi, manakala dimaksudkan melalui agenda-agenda tertentu (misal, politik) sehingga mengharuskan untuk menyamakan agama-agama, tentu Islam dalam hal ini menolak. 

Sunnatullah

                Perbedaan dalam suatu hal tentunya ada, dalam bahasa al-Quran disebut dengan sunnatullah, atau dalam bahasa ilmiah disebut ketentuan alam (order of nature). Bahkan, dalam suatu riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah berdoa kepada Allah SWT di suatu masjid yang kemudian tenar dengan sebutan masjid Ijầbah. Disebut masjid Ijầbah, karena doa Nabi Muhammad SAW langsung dijawab oleh Allah SWT. Tetapi, dari tiga doa yang dipanjatkan, hanya dua yang kemudian dikabulkan.
                Doa yang dikabulkan adalah supaya umatnya tidak dibinasakan dalam bencana kekeringan dan kelaparan. Selanjutnya, Nabi meminta supaya umatnya tidak dibinasakan dengan cara ditenggelamkan sebagaimana yang terjadi pada kaum nabiyullah Nuh a.s. Sedangkan doa yang terakhir tetapi ‘belum’ direstui oleh Allah SWT adalah supaya umatnya tidak ada fitnah dan perbedaan.
                Dengan demikian, perbedaan adalah sunnatullah yang tidak bisa dihindari. Kalaulah munculnya faham pluralisme itu untuk melerai segala macam perbedaan yang berpotensi menyebabkan gejolak konflik atas nama agama dengan menyamakan berbagai macam agama adalah kurang tepat. Tentu banyak jalan untuk mengatasi konflik tanpa harus mengorbankan akidah (teologi). Permasalahannya adalah sementara kaum lebih melihat terhadap sesuatu persoalan pada titik perbedaannya. Sebenarnya, ketika kita mencoba melihat dari sudut persamaan, maka potensi terjadinya konflik yang semakin rendah. 

Ikhtitầm

                Dalam perkembangan suatu wacana dengan pembawaan istilahnya, penulis mengajak kepada diri penulis khususnya dan kepada pembaca yang budiman untuk menelaah kembali maksud atas istilah yang digunakan. Jangan sampai kemudian kita terjebak terhadap suatu peristilahan yang bisa jadi merupakan propaganda politik terhadap Islam. Maka, tugas kita adalah memahami terlebih dahulu substansinya sebelum melakukan suatu sikap.
                Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk menguatkan akidahnya sehingga tidak mudah terpengaruh terhadap isu-isu yang bersifat negatif terhadap Islam itu sendiri. Islam sangat menghargai perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat (agama, budaya, tradisi, suku dan lain sebagainya) serta mengajarkan sikap toleransi (tasầmuh) serta moderat (tawầsuth). Nabi Muhammad SAW sebagai teladan umat Muslim telah memberikan teladan yang amat apik tentang bagaimana menyikapi segala macam perbedaan. Kota Madinah dengan aneka ragam perbedaan agama, suku dan adatnya dapat hidup harmonis berkatnya kepemimpinan Nabi. Bahkan, Ia pernah bersabda “barang siapa menyakiti orang kafir dzimmi (yang tidak memerangi Islam), Maka akulah (Rasul) musuh bagi siapa yang memeranginya”.
Itulah sejatinya sikap yang hadir dalam diri seorang muslim dalam menyikapi perbedaan sehingga tidak menyebabkan munculnya “islamphobia” yang pada akhirnya merusak citra Islam. Mudah-mudahan kita selalu diberikan keteguhan keimanan dan keistiqamahan dalam menjalankan syariat Islam. WaAllầhu ta’ầla ‘alam []
               
* Diterbitkan oleh Buletin Jumat Al-Lu'Lu 10/1/2014 Pondok Pesantren UII Yogyakarta

M. Iqbal Zen
Mahasiswa Hukum Islam 2010
Santri Pon-Pes UII


Diposting oleh Unknown di 07.36 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Label: Muhasabah

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Mengenai Saya

Foto saya
Iqbal Zen
Muhammad Iqbal Juliansyahzen. Mengabdi sebagai seorang dosen tetap (PNS) di IAIN Purwokerto. Senang sekali bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan. Menulis sebagai ikhtiar merawat akal (hifz al-'aql). Selamat membaca
Lihat profil lengkapku

Menu kami

  • Akhlak (6)
  • Anekdot (10)
  • Doa (3)
  • Ekonomi (1)
  • Falak (3)
  • Hadis (1)
  • Kajian Fiqih (17)
  • Kajian Keislaman (8)
  • Kisah (3)
  • Lyrics (3)
  • Makalah (10)
  • Motivasi (9)
  • Muhasabah (38)
  • Mukjizat al-Qur'an (1)
  • Peradilan (1)
  • Psikologi Keagamaan (16)
  • Sosial Humaniora (5)
  • Student Exchange (16)
  • Studi Islam (2)
  • Ulasan (2)
Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Tulisan

  • ►  2020 (8)
    • ►  September (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (7)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (7)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (4)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Juni (1)
  • ▼  2014 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ▼  Januari (1)
      • PLURALITAS vs PLURALISME
  • ►  2013 (42)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (16)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2012 (44)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (16)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2011 (28)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (10)
    • ►  Januari (6)

Pengikut

 
Copyright (c) 2010 Media Iqbal Zen. Designed for Video Games
Download Christmas photos, Public Liability Insurance, Premium Themes