skip to main | skip to sidebar

Media Iqbal Zen

Teruslah Berpuasa hingga Tuhanmu Menyuruhmu Berbuka

Pages

  • Beranda
  • Google Scholar
  • Arsip

Minggu, 21 Desember 2014

CATATAN PENTING TENTANG ISLAM DI INDONESIA


Judul “Identitas Muslim Indonesia”
            Ada beberapa identitas keIslaman di Indonesia dewasa ini yaitu, pertama, mereka yang menginginkan Islam dewasa ini seperti Islam pada abad pertengahan. Hal itu dengan dalih bahwa Islam pada zaman itu merupakan Islam yang sejati dan telah sempurna sehingga mereka beranggapan bahwa perkembangan zaman, semua budaya dan kebutuhan manusia harus disesuaikan dengan Islam.
           Kedua, mereka yang menginginkan untuk “mensyariahkan” semua aturan kehidupan. Semua aturan pemerintah dalam bentuk perundang-undangan tidak wajib untuk ditaati. Ada pula yang berjualan khilafah. Semua kekacaan akan habis ketika khilafah telah berdiri.
       Ketiga, mereka yang menyadari memandang tidak perlu “mensyariahkan agama”. Semua hukum Islam hendak diamandemen dengan rasio ilmiah. Di antara mereka ada yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah, dan juga sebaliknya.
      Keempat, mereka yang hanya memikirkan urusan akhirat, kepuasan beribadah mahdhah. Tetapi abai terhadap sosial.
        Kelima, mereka yang beranggapan tidak penting segala ritual keagamaan seperti shalat, puasa maupun haji. Bagi mereka yang terpenting adalah dimensi sosial-kemanusiaa.
 Judul “Warna-Warni Muslim Indonesia”
            Corak Muslim di Indonesia memiliki berbagai ragam. Keragaman ini menurut Dr. Syamsul Hidayat disebabkan oleh beragamnya pembawa Islam ke Indonesia. Ada yang dibawa oleh para ulama dan ada yang dibawa oleh para saudagar. Para ulama umumnya memahami Islam dengan baik. Hal berbeda dengan para saudagar yang tidak sepenuhnya memahami Islam. Kebanyakan dari mereka yang penting menyampaikan Islam, bahkan ada yang Islamnya sudah tercampur dengan budaya yang mereka bawa dari daerah aslinya.
            Bagi Kaprodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Universitas Muhammadiyyah Surakarta bahwa keberagaman Islam di Indonesia merupakan suatu keniscayaan dan bukan merupakan masalah dan tidak perlu untuk dipermasalahkan. Dari beberapa literatur sejarah, memang Islam cenderung lebih banyak dibawa oleh para saudagar sehingga banyak tradisi lokal yang diakomodasi, bahkan diadopsi menjadi “bagian” dari Islam. Dalam perjalannannya justru hal ini banyak melahirkan faham yang menyimpang.
            Menurut Peneliti CRCS, Budi Asyahari MA menyebutkan bahwa penyebab/faktor yang sangat penting dalam warna warni Islam di Indonesia adalah Momen keterbukaan atau Era Reformasi. Era Reformasi membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi bagi warga negara dalam mengekspresikan apa saja, termasuk dalam beragama. Hal ini tidak akan terjadi pada Era Orde Baru karena pasti akan diberangus oleh penguasa dengan dalih mengganggu stabilitas nasional.
Di Era Reformasi, tidak hanya terjadi di Islam, ternyata pada agama-agama lain yang lebih kecil juga berani bersuara. Kaharingan di Kalimantan mulai bersuara bahwa dirinya bukan bagian dari agama Hindu. Demikian pula pada sekte-sekte di agama lainnya.
Muslim Indonesia sejatinya masih dalam proses mencari identitas keberislamannya. Ada pihak yang cenderung akomodatif sehingga mengklaim bahwa faham “salafi” adalah Arabisme Islam. Sementara pihak lain menganggap bahwa pihak yang cenderung akomodatif telah mencampuradukkan antara islam dan tradisi lokal. Di mana kedua hal tersebut menyimpan banyak penyimpangan akidah.
Sementara menurut Drs. Ainur Rafiq, Ketua Pengadilan Agama Mimika, Papua memaparkan bahwa Islam yang terlalu akomodatif juga memunculkan banyak masalah. Utamanya adalah makin merasuknya ritual dan tradisi lokal pada akhirnya justru menjerumuskan pada penyimpangan akidah.
Oleh karena itu dalam melihat dinamika Islam di Indonesia, terdapat tawaran penting (jalan tengah) yaitu tawaran mengawinkan Islam dan Indonesia. Mengawinkan bukan menjadikan satu, tetapi menyandingkan keduanya. Masing-masing memiliki jalannya, kedua dapat disandingkan dan dapat berjalan bersama.  

Judul “Mencari Islam yang Cocok di Indonesia”
            Menurut ketua LPCR PP Muhammadiyyah Dr. Ahmad Norma Permata, bahwa Islam yang ideal dengan Indonesia adalah Islam yang menampilkan otentisitas dan bukan yang orisinilitas. Otentisitas itu erat kaitannya dengan unsur kebergunaan, kemanfaatan bagi Bangsa Indonesia. Jadi Islam Indonesia adalah Islam yang secara konkret memberikan manfaat untuk bangsa Indonesia.
            Lanjut menurut Norma, dalam konteks Indonesia, fenomena pembingkaian (framing) agama di Indonesia khususnya Islam memang riskan akan terjadinya konflik. Framing sendiri lahir karena penilaian sementara komunitas Islam berdasarkan moral, kenyakinan bahkan ada yang melandaskan pada selera.
            Adapun sikap yang mesti dikembangkan dalam persoalan saling membenarkan kelompok masing-masing agar dapat terkontrol terdiri dari beberapa level/tingkatan. Pertama, level individual, bahwa masing-masing individu mesti memiliki sikap keterbukaan. Selain itu pula verifikatif. Artinya, ketiak ada informasi baru harus diverifikasi dahulu sebelum dicerna.
            Kedua, level komunal. Masing-masing kelompok maupun organisasi harusnya menyadari bahwa islam memiliki banyak madzhab. Tentu masing-masing kelompok berhak memilih madzhab yang sesuai dengannya dan menghargai madzhab yang lain.
            Ketiga, level negara. Pemerintah sebenarnya mampu menyelesaikan permasalahan konflik yang terjadi. Hal ini karena negara memiliki alat untuk mengatasinya. Alat tersebut adalah konstitusi dan demokrasi. Konstitusi bersifat top down, sedangkan demokrasi bersifat buttop up. Intinya semua permasalahan dapat diatasi, asalkan sesuai dengan mekanisme yang ada dan tidak main hakim.
Judul “Dibutuhkan Ilmu Pengetahuan”
            Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Akhmad Minhaji, MA menjelaskan terdapat faktor fundamental yang berpengaruh terhadap identitas muslim Indonesia saat ini. Yaitu faktor perbedaan penyebaran agama Islam antara era lalu, era awal, hingga era modern.
            Dahulu penyebaran Islam selalu diawali dengan pendekatan Syariah, dalam bahasa Indonesia hukum Islam. Bahkan dalam konteks penyebaran Islam dari Mekah ke Madinah, kemudian dari Arab ke negara-negara lain hingga ke Indonesia menggunakan kata kunci yang sama yaitu Syariah dalam pengertian ajaran yang bersumber dari Allah.
Adapun pada Era Modern, era yang dipengaruhi oleh peradaban barat, penyebaran Islam tidak lagi menggunakan kata kunci syariah. Melainkan menggunakan pendekatan tauhid atau teologi. Inilah yang kemudian menjadi problem dan berpengaruh terhadap identitas muslim.
Untuk mengembalikan Indonesia sepeti dahulu yang dikenal santun, maka dibutuhkan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan maka muslim akan membuka diri dan berusaha selalu untuk belajar. Dengan pengetahuan maka penyebaran Islam akan dirasa lebih damai karena pengetahuan mendekatkan pada pemahaman syariah.

Judul “ Karakter dan Peran Umat Islam di Indonesia”       
            Menurut Haedar Nashir sebagaimana mengutip pendapat Azyumardi Azra bahwa dunia Islam terbagi dalam kawasan kebudayaan yang memiliki ciri budaya masing-masing. Islam melayu seperti Indonesia dan Malaysia, dikategorikan “pariferal” dan “sinkretis” dari segi ajaran, tetapi tegar sebagai Islam yang damai, ramah, dan toleran. Ciri Islam Melayu di antaranya
            Pertama, dalam fiqih bercorak Syafi’i, dalam teologi bersifat Asy’ari, meski dalam perkembangannya banyak keragaman. Kedua, toleransi keagamaan cukup kuat pada pemeluknya karena pengaruh watak budaya setempat dan Islamisasi yang dami lalu, sikap “moderat” dengan basis ideologi politik yang toleran,termasuk menerima Pancasila di Indonesia
            Ketiga, lebih banyak menggunakan pendekatan kultural daripada pendekatan politik.


Disarikan oleh Iqbal Zen dari Majalah “Suara Muhammadiyah” Edisi 23 Desember 2014 dengan tema “Mencari Identitas Islam Indonesia”. Semoga Bermanfaat... 
Diposting oleh Unknown di 21.51 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Label: Kajian Keislaman

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Mengenai Saya

Foto saya
Iqbal Zen
Muhammad Iqbal Juliansyahzen. Mengabdi sebagai seorang dosen tetap (PNS) di IAIN Purwokerto. Senang sekali bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan. Menulis sebagai ikhtiar merawat akal (hifz al-'aql). Selamat membaca
Lihat profil lengkapku

Menu kami

  • Akhlak (6)
  • Anekdot (10)
  • Doa (3)
  • Ekonomi (1)
  • Falak (3)
  • Hadis (1)
  • Kajian Fiqih (17)
  • Kajian Keislaman (8)
  • Kisah (3)
  • Lyrics (3)
  • Makalah (10)
  • Motivasi (9)
  • Muhasabah (38)
  • Mukjizat al-Qur'an (1)
  • Peradilan (1)
  • Psikologi Keagamaan (16)
  • Sosial Humaniora (5)
  • Student Exchange (16)
  • Studi Islam (2)
  • Ulasan (2)
Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Tulisan

  • ►  2020 (8)
    • ►  September (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (7)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (7)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (4)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Juni (1)
  • ▼  2014 (6)
    • ▼  Desember (2)
      • PENGANUT TERBANYAK
      • CATATAN PENTING TENTANG ISLAM DI INDONESIA
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (42)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (16)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2012 (44)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (16)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2011 (28)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (10)
    • ►  Januari (6)

Pengikut

 
Copyright (c) 2010 Media Iqbal Zen. Designed for Video Games
Download Christmas photos, Public Liability Insurance, Premium Themes