M. Iqbal Juliansyahzen
Alhamdulillah wa Syukrulillah, seluruh umat muslim di seantero penjuru dunia sedang merayakan hari raya Idul Adha. Dalam tulisan singkat ini, penyaji akan sedikit menyuguhkan beberapa hal penting yang dapat dipetik pada perayaan hari raya ini.
Alhamdulillah wa Syukrulillah, seluruh umat muslim di seantero penjuru dunia sedang merayakan hari raya Idul Adha. Dalam tulisan singkat ini, penyaji akan sedikit menyuguhkan beberapa hal penting yang dapat dipetik pada perayaan hari raya ini.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ
وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah , dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan
haram …” (QS. Al Maidah (5): 2
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ
Dalam
perjalanan spiritualitas seseorang kaitannya memaknai hari raya idul adha , kita dapat mengambil hikmah dari perjalanan Nabi Ibrahim, Ismail dan siti Hajar r.a, sebagai berikut:
1.
Husnu dzhon terhadap Allah
ولا يموتنّ أحدكم إلا وهو يحسن الظنّ بالله عزّ و
جلّ (رواه مسلم عن جابر)
يقول الله تعالى أنا عند ظنّ عبدي بي, و أنا معه
إذا ذكرني (رواه مسلم عن ابي هريرة)
Husnu
dzan melahirkan optimisme. Orang optimis menyadari dengan sepenuh kenyakinan
bahwa ia mempunyai masalah. Kala ia mempunyai masalah maka ia tidak khawatir.
Orang yang khawatir menandakan bahwa ia belum memiliki Allah karena belum
sepenuhnya yakin bahwa segala adalah kehendak Allah. Kalau kehendak Allah
yakinlah merupakan hal terbaik.
-
Nabi ibrahim yakin dengan
perintah Allah yang harus membawa keluarga ke sebuah tempat yang gersang,
karena yakin kepada Allah.
2. Bahwa
dalam kehidupan di dunia pastilah ada ujian.
Tiga ujian
terbesar dalam kehidupan di didunia ini yang kemudian divisualisasikan dalam
ibdah haji untuk dimusnahkan (jumrah/jamarat)
a. Kebodohan
(tidak berkorelasi dengan tingkat pendidikan) maksud kebodohan adalah
ketertutupan hatinya atas kebesaran Allah. Diberikan panca indera tetapi tidak
digunakan untuk melihat keesaan Allah.
Kebodohan melahirkan kemiskinan.
b. Kemiskinan.
Miskin tidak selamanya berarti miskin harta. Banyak orang yang secara finansial
cukup tetapi tetap merasa kurang. Miskin adalah bentuk peringatan Allah atas
ketidaksyukuran hamba atas anugerah yang dititipkanNya kepada kita sebagai
hamba. Kemiskinan melahirkan kekufuran.
c. Kufur.
Merupakan sifat yang teramat dibenci Allah.
Nabi Ibrahim alaihis salam Sangat Takut Diri
dan Keturunannya Terjerumus kepada Kesyirikan
Kuatnya aqidah al Wala dan al Baro di dalam
jiwa nabi Ibrahim ‘alaihis salam sampai-sampai beliau berdo’a kepada Allah agar
diri dan keturunanya tidak terjerumus ke dalam penyembahan kepada selain Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ
اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَام
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata:
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan
jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.(Ibrahim
35)
Maka ketiga
sifat di atas sudah seharusnya dimusnahkan dalam diri manusia yang tervisualisasikan
dalam ibdah haji yaitu jumroh. Kita dalam kehidupan sehari-hari untuk
senantiasa melempar sifat-sifat di atas untuk dapat menjemput anugerah Illahi.
3. Pelajaran
selanjutnya adalah Sabar. Sabar adalah buah keimanan. Sabar tidak ada batas
karena umat Islam mempunyai Allah. Orang yang percaya dan husnu dzan kepada
Allah ia akan selalu percaya bahwa dibalik syariatnya ada hikmah. Sabar
dimaksud adalah sabar dalam ketaatan dan menghindari larangan;.
4. Berkurban.
Qo-ro-ba atau kurban dalam leksikal bahasa indonesia identik dengan hal
yang negatif. Tetapi mesti dikembalikan kepada makna asal bahwa kurban dimaksud
bahwa dalam mendekatkan diri kepada Allah butuh pengorban yang optimal sebagaimana
nabi ibrahim, nabi ismail dan siti hajar.
Dari Abu Hurairah Radhiallhu
‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ
مُصَلَّانَا
“Barangsiapa yang memiliki
kelapangan (rezeki) dan dia tidak berkurban, maka jangan dekati tempat shalat
kami.” (HR. Ibnu Majah No. 3123, Al Hakim
No. 7565, Ahmad No. 8273, Ad Daruquthni No. 53, Al Baihaqi dalam Syu’abul
Iman No. 7334)
Sumber gambar : http://1.bp.blogspot.com/-bVyrPMzLzGw/VCJFN9VQuII/ AAAAAAAACss/wO4ayyWyrrg/s1600/qurban1.jpg
Waallahu 'Alam
Waallahu 'Alam
0 komentar:
Posting Komentar