Oleh : Iqbal Zen
اَللَّهُمَّ باَرِكْ لَنَا
فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْناَ رَمَضَانَ
"Ya
Allah, berkahilah kami dibulan Rajab dan Sya'ban dan pertemukan kami dengan
bulan Ramadhan." (HR Ahmad)
Saat ini kita telah memasuki sebuah bulan yang
penuh dengan kemulian, keutamaan dan rahmat dari Allah swt yaitu Rajab. Bulan yang
merupakan bulan ke tujuh pada hitungan kalender qamariyyah. Itu berarti bahwa
bulan ini merupakan bulan persiapan guna menyambut bulan sya’ban dan Ramadhan.
Bulan yang tepat untuk kembali mengintrospeksi diri terhadap kualitas ibadah
kita. Kita telah mengetahui bersama bahwa orang yang beruntung adalah orang
yang lebih baik dari hari kemarin dan orang yang merugi adalah orang yang hari
demi harinya sama atau bahkan mengalami penurunan. lalu, Apakah selama ini
ibadah kita lebih baik dari waktu ke waktu yang kemudian tergolong orang yang
beruntung, atau malah sebaliknya termasuk orang yang merugi?
Secara etimologis, Rajab mengandung makna “kebesaran”
atau “kemuliaan”. Bulan Rajab berarti bulan yang mengandung peristiwa
besar, dan sangat dimuliakan. Sekilas mengintip historis, dulu masyarakat arab
baik sebelum dan sesudah Islam datang begitu membesarkan bulan ini dengan
melarang terjadi peperangan dan pertumpahan darah. Hal tersebut yang kemudian
oleh Rasulullah SAW, pun dipertahankan. Oleh sebab itu, bulan Rajab dikenal
sebagai salah satu bulan yang masuk dalam golongan Al Asyhurûl Hurûm. Maksudnya,
bulan-bulan
yang penuh dengan kemulian dan keutamaan serta dilarang peperangan. Bulan-bulan tersebut diantaranya adalah Dzulqa’dah,
Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Maka, Bulan ini
hendaklah diisi dengan memperbanyak berbagai amalan yang dapat mendekatkan diri
kepada Allah swt.
Kita pula patut bersyukur bahwa
dengan datangnya bulan Rajab berarti dua bulan yang akan datang adalah bulan
Ramadhan. Bulan yang disiapkan Allah bagi manusia untuk menyucikan dirinya dari
segala bentuk kesalahan yang telah diperbuat. Apabila kita umpamakan Ramadhan sebagai Istana
yang besar dan megah, maka Rajab adalah pintu gerbangnya. Pintu yang nantinya
akan membawa kita pada gemerlap suasana istana yang menakjubkan yang menawarkan
‘paket kenikmatan’ yang luar biasa. Atau, ibarat bercocok tanam, pada bulan ini
adalah bulan untuk menanam benih, sya’ban bulan untuk menyirami dan pada
akhirnya kita memanennya pada bulan Ramadhan.
Anjuran di
Bulan Rajab
Diantara berbagai amalan yang dianjurkan pada
bulan rajab adalah memperbanyak membaca istighfar sehingga rajab pula dikenal
sebagai bulan istighfar (Syahrul Istighfâr). Disadari atau tidak, Manusia
adalah makhluk yang tidak terbebaskan dari khilaf dan dosa. Terkadang tanpa
kita sadari, kita telah melakukan kesalahan baik kecil atau besar. Hanya saja,
kita sering menganggapnya sebagai angin lalu. Kita mengetahui bahwa kesalahan
yang kecil pun jika itu dilakukan secara ‘intens’ pula akan berujung pada suatu
nilai kesalahan yang besar. Maka, jalan yang ampuh untuk menghapusnya ialah
dengan jalan tobat. Allah sebagai Dzat Pengampun tetap akan mengampuni segala
kesalahan manusia yang mau bertobat, meminta ampun kepadaNya. Hal itulah yang
utama, karena sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang mau mengakui
kesalahan lalu bertaubat.
Istighfar merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan ampunan Allah swt atas segala bentuk kesalahan yang pernah kita
perbuat. Di samping itu pula berusaha untuk tidak mengulanginya kembali. Keduanya
mesti dilakukan secara bersamaan (antara perkataan dan perbuatan). Artinya,
tidak sekadar melafadzkan kalimat istighfâr sahaja, tetapi perlu dimaknai dan
diamalkan sesuai dengan perintah Allah.
Selain anjuran untuk memperbanyak membaca
istighfar, dianjurkan pula untuk berpuasa. Dalam suatu riwayat bahwa puasa yang
paling utama setelah puasa ramadhan adalah puasa pada bulan-bulan haram (Al Asyhurûl Hurûm). Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : “Seutama-utama puasa setelah
Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah,
Muharram, dan Rajab). Senada dengan hal tersebut dalam kitab kifayatul
akhyar (hal. 214) disebutkan bahwa puasa sunnah pada bulan-bulan haram
disunnahkan setelah bulan ramadhan. Di antara keempat bulan itu yang paling
utama untuk puasa adalah bulan al-muharram, kemudian Sya’ban. Namun menurut
Syaikh Al-Rayani, bulan puasa yang utama setelah al-Muharram adalah Rajab.
Sehingga jelas bahwa berpuasa pada bulan ini
dan bulan-bulan haram sangatlah dianjurankan. Berbicara mengenai puasa, kembali
kita mungkin bisa melihat perumpaan seekor kupu-kupu yang begitu indah. Awalnya
ia hanyalah ulat yang kebanyakan orang menganggapnya sebagai makhkuk yang
menjijikan, bau dan lain sebagainya. Namun, perlu diketahui bahwa ulat tersebut
berpuasa sehingga kemudian ia ber-metamorfosis sehingga menjadi kupu-kupu yang
‘sedap’ dipandang. Dari sinilah seyogyanya kita dapat belajar bahwa untuk dapat
menjadi pribadi yang ‘indah’ salah satunya dengan ‘berpuasa’.
Berbagai ‘doorprice’ telah disiapkan hanya
kepada hambanya yang mau untuk mengambilnya. Salah satu riwayat dari al-Thabarani dari Sa'id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab,
maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah
untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8
pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya.....".
Terlepas dari itu tentunya, rasa ikhlas untuk mengharap ridho dan untuk lebih
dekat kepadaNya jauh lebih penting. Selain beberapa amalan diatas, tentunya
amalan-amalan lainnya amat dianjurkan untuk dikerjakan seperti memperbanyak membaca
shalawat, bersedekah lain sebagainya.
Paket
Isra’ Mi’raj
Terdapat peristiwa besar yang terjadi pada
bulan Rajab ini dimana rasul menerima perintah shalat dari Yang Maha Kuasa.
Peristiwa tersebut dikenal dengan Isra Mi’raj. Sebelumnya, Beratnya medan dakwah yang harus
dilewati oleh Rasulullullah SAW dalam berdakwah menyampaikan risalah kebenaran di
Mekah menghantarkannya ke negeri Thaif. Kurang lebih 80 KM sebelah selatan kota
Mekah. Disana pun, kembali Rasul mengalami kesulitan menyampaikan dakwahnya
oleh karena penduduknya yang tidak menghendaki kedatangan dan akhirnya mengusir
sembari melempari batu.
Nabi Muhammad SAW tidaklah seperti nabi-nabi
yang lain yang memiliki kesabaran yang terbatas. Ambil contoh Nabi Nuh a.s yang
telah berdakwah selama kurang lebih 950 tahun lamanya hanya mendapatkan
pengikut 80 orang. Begitu sulitnya mengajak kaumnya untuk menuju kebenaran
bahkan mencacai maki hingga akhirnya Nabi Nuh a.s putus asa dan berdoa agar
dikirimkan banjir bandang. Termasuk istri dan anaknya tidak terselamatkan.
Hanya 80 orang yang bersama nabi Nuh yang selamat.
Sama halnya dengan Nabi Nuh as. Nabi Musa as dalam
menghadapi kaumnya mengalami cobaan yang begitu berat. Setelah berdakwah dengan
sepenuh tenaga, pada akhirnya ia pun ‘putus asa’ lantas berdoa agar supaya azab
menimpa kaumnya. Kiriman petir di siang hari tanpa hujan kepada kaum Nabi Musa
as datang dan habislah kaumnya yang menentang. Berbeda dengan Nabi Muhammad
saw, yang begitu sabar dalam mengahadapi kaumnya bahkan balik mendoakan akan
kebaikannya. Hingga para malaikat pun merasa iba dan berebut menawarkan diri untuk
menjadi ‘ajudan’ guna menghabisi kaumnya tapi itu pun tetap di tolak olehnya.
Setelah kembalinya dari thaif, kemudian
Rasulullah SAW mendapat ‘hiburan’ di tengah dakwahnya yang tersandung batu
besar, tiba-lah panggilan untuk menghadap Tuhan semesta alam. Berita yang
sebenarnya dinantikannya. Perjalanan yang sungguh mengesankan. Di saat itulah,
ia menjumpai semua makhluk yang amat memujinya, menyayanginya dan
menghormatinya. Berbeda saat ia berdakwah, cacian, hinaan, dan pukulan-lah yang
kerap ia dapati. Pertemuannya dengan Rabb ialah suatu kenikmatan yang tiada
tara. Perjumpaan yang singkat, tapi merupakan kenikmatan yang luar biasa serta
mendapat amanah besar yaitu mengajak umat manusia untuk mendirikan shalat dan senantiasa
berdzikir kepada Allah.
Terdapat hikmah tersendiri yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut bahwa untuk bisa naik pada 'level' yang lebih baik, tinggi dan mulia tentunya harus menhadapi yang namanya ujian. Siswa SD, SMP maupun SMA yang dinyatakan lulus pastilah telah melewati serangkaian ujian -yang akrab disapa- UN (Ujian Nasional). Seorang muslim pula demikian halnya.
Terdapat hikmah tersendiri yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut bahwa untuk bisa naik pada 'level' yang lebih baik, tinggi dan mulia tentunya harus menhadapi yang namanya ujian. Siswa SD, SMP maupun SMA yang dinyatakan lulus pastilah telah melewati serangkaian ujian -yang akrab disapa- UN (Ujian Nasional). Seorang muslim pula demikian halnya.
Penutup
Hembusan nafas masih dapat kita rasakan. Banyak
diantara sahabat, karib, keluarga yang sudah tidak dapat lagi bersua dengan
bulan-bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. maka, sudah sepantasnya untaian
syukur dan khidmat kita haturkan kepadaNya. Momentum ini hendaklah kita gunakan
untuk kembali ber-muhasabah terhadap apa yang kita perbuat sembari melakukan
perbaikan dan peningkatan terhadap kualitas dan kuantitas ibadah kita. Jika
kita telah menyadari ‘esensi’ akan keutamaan yang terkandung di dalam bulan
ini, maka kondisi lingkungan, masyarakat dan bangsa pada umumnya akan berpacu
dalam kebaikan. Tidak ada lagi perilaku
yang tidak mencerminkan ajaran agama sebagaimana yang akhir-akhir ini marak
terjadi di negeri ini. Perbedaan pemikiran tidaklah dilawan dengan kekerasan. Perbedaan
ideologi harus dilawan dengan ideologi yang dikemas secara arif dan bijak. Dan
inilah yang diajarkan oleh Islam. Akhirnya, mudah-mudahan kita termasuk ke
dalam orang yang mendapatkan berkah pada bulan ini dan disampaikan pada bulan
Ramadhan mendatang dan pada tahun-tahun selanjutnya.[]
*) Santri PP UII Yogyakarta
*) Diterbitkan Oleh Buletin Jum'at Al-Lu'Lu PonPes UII Yogyakarta
*) Diterbitkan Oleh Buletin Jum'at Al-Lu'Lu PonPes UII Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar