Oleh. Iqbal Zen
Beberapa hari yang lalu, aku dan temanku berjalan-jalan
ke sebuah tempat pembelanjaan atau lebih akrab disapa Mall. Tepatnya bernama
Amplaz. Memanfaatkan jatah liburan yang cukup panjang. Untuk menonton film berjudul
Habibie Ainun yang konon, film yang masuk dalam list terbanyak penontonnya
sampai saat ini di banding dengan film-film lainnya. Sebuah cerita yang
bersumber pada realitas yang dialami oleh mantan Presiden Republik Indonesia.
B. J. Habibie tentang kehidupan percintaannya.
Sebuah percintaan antara dua insan yang saling cinta dan
mencintai, saling rindu dan merindui, saling sayang dan menyayangi. Meskipun terpaan
badai kehidupan terus datang silih berganti tetapi itu kemudian menjadikan
cinta antar dua sejoli itu tambah kuat dan indah. Bagaimana kesetian Ainun
dalam mendukung segala aktivitas yang dijalani oleh Habibi. Begitu pun habibi
yang selalu perhatian pada Istri tercintanya tersebut.
Hm, kok malah cerita tentang percintaan. Yang ingin saya
sampaikan sebetulnya bukan itu. Akan tetapi sebuah ketekunan dan kerajianan
seorang anak kecil dalam mewujudkan cita-citanya dan itu merupakan aplikasi
dari hobi-hobi yang dari hobi tersebut menghasilkan sebuah karya sastra yang
dinikmati oleh orang banyak.
Ceritanya, ketika telah memesan tiket untuk menonton. Penulis
gunakan waktu menunggu jam tayang tersebut untuk berjalan-jalan menjajaki
sudut-sudut mall Amplaz. Mataku spontan tertuju pada sebuah toko yang
bertuliskan “GRAMEDIA” pada bagian atas pintu masuk. In line dengan
keinginan temanku, dia pun sepakat untuk menunggu di sana, sembari
mencari-mencari buku-buku yang menarik, paling tidak bisa membaca gratis,
menambah pundi-pundi pengetahuan (hehehe,, nggaya).
Rak demi rak, aku lewati hingga sampailah pada sebuah rak
yang terletak di sudut toko tersebut. Rak tersebut menampung karya-karya yang
lahir dari tangan anak-anak kecil yang rata-rata baru berusia sekitar 8-12
tahun. Karya-karya mereka ada yang berupa novel, komik dan cerita-cerita. Luar
biasa!!
Dengan usia yang relatif masih sangat belia, telah mampu
menelurkan karya yang dapat dinikmati oleh masyarakat secara umum. Dalam hati,
aku pun malu membaca tulisan dalam buku-buku itu. Malu dengan diriku sendiri
yang sampai usia saat ini belum menghasilkan suatu karya yang dibukukan. Masih
tercecer dimana-mana. Jujur, hal itu kemudian menjadi pemantik bagiku untuk
kedepannya menulis buku-buku yang akan memberikan kemanfaatan kepada orang
banyak. Bukannya nabi memerintah bahwa kita jika ingin menjadi pribadi yang
baik, jadilah pribadi yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Dengan begitu,
tentunya menjadikan kita lebih giat, lebih aktif, lebih produktif dalam
mengasah diri. Tidak malas-malasan karena itu hanya membuang jatah umur yang
sejatinya disiapkan Allah untuk hambanya menjadi lebih baik.
Paling tidak, cara untuk menjadi bermanfaat bagi orang
lainnya salah satunya dengan sebuah tulisan yang kemudian mampu sedikitnya banyak
mengurangi kebodohan dan menyuntikkan informasi, pengetahuan kepada pembacanya.
Terima kasihku ku sampaikan lewat pesan malam kepada
putri-putri kecil di tempatnya berada yang lewat karyanya itu telah sedikit
banyaknya memberikanku motivasi dan pengajaran untuk menjadi lebih baik. Semoga
Allah senantiasa membukakan pintu hati dan fikiran kita untuk menerima cahaya
ilmu dan kebenaran sehingga menjadi bekal dalam menempuh jalan kehidupan yang
terjal.[]
Mari Menulis...!!!
Kawah Candradimuka, 12 Februari 2013.
0 komentar:
Posting Komentar