Oleh : Iqbal Zen
Ibarat dua sisi
mata uang, dalam kehidupan pastinya mempunyai dua sisi yang berbeda. Ada senang
pasti ada susah, ada atas dan juga ada bawah, ada besar dan juga ada kecil,
begitu juga ada mencintai dan ada pula yang membenci. Begitulah yang dialami
oleh setiap nabi utusan Allah dalam menyebarkan dakwah islamiyah. Banyak batu
terjal yang harus dilalui untuk mencapai puncak keemasan.
Dahulu, pada saat
nabi Musa, terdapat beberapa entitas lawan yang harus diberikan dakwah, ada Qorun
dengan limpahan hartanya, ada Fir’aun yang gila akan kekuasaan sampai-sampai
mengaku dan mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan. Selain itu, ada seorang yang
bernama Samiri yang membuat sesembahan berbentuk anak sapi yang kemudian
disembah selama 40 hari.
Yang ingin penulis
sampaikan pada tulisan ini ialah, bahwa apa yang dibuat oleh Samiri merupakan
suatu peradaban yang muncul kala itu. Tentu, hal semacam itu pada saat itu merupakan
suatu hal yang luar biasa, membentuk emas menjadi bentuk yang menyerupai sapi. Entah
dengan tekologi mesin cetak yang bagaimana dan memakan beberapa lama untuk
membuatnya. Barang kali itu merupakan suatu bentuk kecanggihan pada zamannya
sehingga Samiri dan pengikut-pengikutnya bersama-sama menyembah apa yang
dibuatnya sendiri. Mengagung-agungkan ciptaan atau kemoderenan kala itu sebagai
‘Tuhan’.
Bila kemudian kita
tarik pada konteks sekarang, dengan bentuk “sapi-Sapi” baru produk teknologi
memunculkan samiri-samiri baru pula. ‘Sapi-sapi’ yang telah berubah wujud menjadi
teknologi-teknologi, games-games, movies, dan apa pun itu yang kemudian para
samiri-samiri modern ‘menyembah’nya. ‘Sapi-sapi’ itu melalaikan manusia akan
kewajiban-kewajiban yang melekat pada dirinya untuk menyembah kepada sejatinya
Tuhan, Tuhan yang Sejati. Allah SWT.
Salah satu contoh
yang mungkin bisa kita saksikan bagaimana panggilan adzan dikalahkan dengan
asyiknya menonton film, atau bermain games, BBM-an, Twitter-an, Fb-an, dan
konco-konconya.
Kemuncullan berbagai macam teknologi sejatinya tidak melalaikan akan tugas utama manusia. wa ma khalaqtu al-Jinna wal Insa illa liya'budun. Tekologi dengan seperangkat seperti apa yang telah disebut diatas memang merupakan suatu keniccayaan yang dipatut disikapi secara arif, tidak dengan berlebih-lebihan. Justru dengan hadirnya segala bentuk teknologi dengan seperangkatnya membantu manusia untuk menjadi lebih dekat kepada-Nya dan mempermudah segala bentuk urusan-urusannya.
Kemuncullan berbagai macam teknologi sejatinya tidak melalaikan akan tugas utama manusia. wa ma khalaqtu al-Jinna wal Insa illa liya'budun. Tekologi dengan seperangkat seperti apa yang telah disebut diatas memang merupakan suatu keniccayaan yang dipatut disikapi secara arif, tidak dengan berlebih-lebihan. Justru dengan hadirnya segala bentuk teknologi dengan seperangkatnya membantu manusia untuk menjadi lebih dekat kepada-Nya dan mempermudah segala bentuk urusan-urusannya.
Na’udzubillah, semoga kita senantiasa
terhindar dari sifat samiri yang menyembah sesembahan yang fana’. Marilah kita
bersihkan aqidah dan keimanan kita dari hal-hal yang dapat mencemarkan
kejernihan aqidah kepada Dzat yang Maha Mulia dan Maha Agung.
Allahumma Inna naslaku Iman Kamilan, Shofiyyan. Amin.[]
* PonPes UII, 06
Februari 2013.
0 komentar:
Posting Komentar