skip to main | skip to sidebar

Media Iqbal Zen

Teruslah Berpuasa hingga Tuhanmu Menyuruhmu Berbuka

Pages

  • Beranda
  • Google Scholar
  • Arsip

Selasa, 18 Februari 2020

MEMOTRET KEMBALI WAJAH ISLAM INDONESIA



Banyak kalangan menilai bahwa wajah Islam di Indonesia berbeda dengan wajah Islam yang ada di belahan dunia lain, terutama di jazirah Arab yang dianggap sebagai ‘pusat’ Islam. Sejumlah Indonesianis bahkan menyebut Islam Indonesia sebagai wajah Islam yang paling tidak ter-Arabkan (the least Arabized form of Islam). Secara umum, banyak pengamat menilai wajah Islam Indonesia yang berbeda ini sangat diwarnai oleh karakteristik Indonesia yang pluralistik baik secara agama, budaya, sosial dan sebagainya. Akar-akar historis dan perjalanan panjang bergumul dengan kemajemukan inilah yang kemudian membuat wajah Islam Indonesia tampak lebih terbuka, luwes dan ramah terhadap budaya lokal.

Konteks politik yang berubah
Sejarah tentu bukan satu-satunya faktor yang membentuk wajah Islam Indonesia. Politik adalah faktor lain yang juga mempengaruhi perkembangan Islam Indonesia. Kelahiran dan keruntuhan rezim Orde Baru secara khusus memberi dampak tersendiri bagi perkembangan wajah Islam Indonesia. Di bawah rezim Orde Baru inilah, tepatnya mulai dekade 1970-an, muncul corak pemikiran dan gerakan Islam yang sangat apresiatif terhadap prinsip-prinsip modern seperti demokrasi, HAM, toleransi dan pluralisme. Para pengamat menggambarkan corak Islam ini dengan beragam sebutan seperti Islam substantif, Islam moderat, Islam liberal, Islam progresif dan sebagainya. Corak pemikiran Islam inilah yang kemudian mendorong penerimaan yang kuat umat Islam terhadap dasar negara Pancasila yang dinilai secara substantif mencerminkan nilai-nilai keIslaman dan pada saat yang sama menghargai kenyataan historis dan sosiologis Indonesia sebagai bangsa majemuk.
Ini tidak berarti selama Orde Baru tidak ada corak atau wajah Islam yang lain. Corak Islam yang lebih puritan, koservatif atau bahkan radikal juga ikut mewarnai wajah Islam Indonesia. Tetapi kebijakan politik Orde Baru yang represif terhadap Islam ideologis membuat corak-corak pemikiran Islam tersebut tidak mendapatkan ruang yang leluasa untuk bergerak. Di sinilah, runtuhnya rezim Orde Baru kemudian melahirkan lanskap politik baru yang kemudian mempengaruhi wajah Islam Indonesia saat ini. Corak dan gerakan Islam yang sebelumnya mendapatkan tekanan hebat dari rezim Orde Baru, kini menemukan ruang politik yang lebih terbuka untuk menunjukkan identitas dan memperjuangkan tujuan mereka.

Fragmentasi dan Kontestasi
Dengan perubahan lanskap politik itulah kemudian muncul fragmentasi dalam wajah Islam Indonesia.  Wajah Islam Indonesia kini ‘diperebutkan’ oleh corak pemikiran dan gerakan yang beragam. Dengan kata lain, Islam Indonesia menjadi arena pertarungan diskursif dan ideologis (arena of discursive and ideological struggles) yang melibatkan lebih banyak corak pemikiran, gerakan dan aktor. Dalam hal ini, salah satu perkembangan signifikan adalah menurunnya hegemoni wacana Islam progresif-liberal dan bangkitnya wacana dan gerakan Islam konservatif-fundamentalis. Dukungan politik dan institusional yang dinikmati oleh wacana Islam liberal-progresif selama periode 1980-an dan 1990-an kini tampak berkurang, sedangkan wacana Islam konservatif-radikal yang tertekan di bawah Orde Baru kini justru mendapatkan semacam angin segar. Selain itu, kini juga muncul gerakan-gerakan Islam transnasional yang mencoba menandingi kekuatan kelompok-kelompok Islam progresif-liberal dan organisasi-organisasi Islam arus utama seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Belakangan, lanskap Islam Indonesia juga diwarnai oleh munculnya para ‘ulama’ baru seperti Abdullah Gymnastiar, Arifin Ilham, Yusuf Mansur, Abdul Somad, Mamah Dedeh, dan Felix Siauw yang difasilitasi oleh perkembangan pesat teknologi komunikasi dan media sosial.

Fragmentasi dan kontestasi dalam wajah Islam Indonesia ini tentu menarik untuk terus dicermati. Banyak faktor yang mempengaruhi dinamika dan perkembangan wajah Islam Indonesia dewasa ini dan di masa depan. Yang perlu dicatat, penyebutan istilah Islam Indonesia adalah sebuah praktik hermeneutik tersendiri untuk membaca “fenomena Islam” dan “fenomena Indonesia”. Penyebutan dua istilah itu dalam satu tarikan nafas mengandaikan dialektika yang terus-menerus antara nilai-nilai keIslaman yang universal dan nilai-nilai ke-Indonesian yang unik dan partikular. Barangkali inilah yang dapat menjadi semacam acuan dalam memotret dan mendefinisikan kembali wajah Islam Indonesia di tengah lanskap politik yang terus berubah.


Iqbal Zen (Muhammad Iqbal Juliansyahzen)

*)Artikel ini adalah kerjasama PPs FIAI UII dan KR dalam rangka seminar bertajuk “Indonesian Islam: Changing Landscape, Fragmentation and Contestation”. Diterbitkan oleh Koran Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. 24/03/2018

Sumber Gambar : Google


Diposting oleh Iqbal Zen di 19.12 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Label: Kajian Keislaman

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Mengenai Saya

Foto saya
Iqbal Zen
Muhammad Iqbal Juliansyahzen. Mengabdi sebagai seorang dosen tetap (PNS) di IAIN Purwokerto. Senang sekali bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan. Menulis sebagai ikhtiar merawat akal (hifz al-'aql). Selamat membaca
Lihat profil lengkapku

Menu kami

  • Akhlak (6)
  • Anekdot (10)
  • Doa (3)
  • Ekonomi (1)
  • Falak (3)
  • Hadis (1)
  • Kajian Fiqih (17)
  • Kajian Keislaman (8)
  • Kisah (3)
  • Lyrics (3)
  • Makalah (10)
  • Motivasi (9)
  • Muhasabah (38)
  • Mukjizat al-Qur'an (1)
  • Peradilan (1)
  • Psikologi Keagamaan (16)
  • Sosial Humaniora (5)
  • Student Exchange (16)
  • Studi Islam (2)
  • Ulasan (2)
Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Tulisan

  • ▼  2020 (8)
    • ►  September (3)
    • ►  April (2)
    • ▼  Februari (3)
      • DIMENSI KEBERAGAMAAN MUSLIM
      • MEMAKNAI EKSPRESI KEBERAGAMAAN
      • MEMOTRET KEMBALI WAJAH ISLAM INDONESIA
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (7)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (7)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (4)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Juni (1)
  • ►  2014 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (42)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (16)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2012 (44)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (16)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2011 (28)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (10)
    • ►  Januari (6)

Pengikut

 
Copyright (c) 2010 Media Iqbal Zen. Designed for Video Games
Download Christmas photos, Public Liability Insurance, Premium Themes