Oleh :
M. Iqbal Juliansyah Zen[1]
I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan kemajuan ilmu dan
teknologi abad ke-21, membuat para ilmuan berlomba-lomba untuk menguak seluruh
fenomena yang terjadi di alam semesta ini melalui berbagai eksperimen maupun
observasi. Para fisikawan semula disibukkan dengan awal mula kejadian alam.
Banyak teori yang muncul dari semua penelitian. Teori Kondensasi, Teori
Steady-State, hingga Teori Dentuman Besar yang lebih dikenal dengan Teori Big
Bang. Tidak ada yang bisa mengetahui kebenaran secara mutlak dari teori-teori
tersebut. Akan tetapi banyak ilmuan yang mempercayai, Teori Big Bang-lah yang
mendekati kebenaran ilmiah. Selanjutnya, teori mengenai berakhirnya alam ini
pun juga menyedot perhatian para ilmuan. Terlebih dunia juga sempat dikejutkan
dengan salah satu film yang menceritakan tentang hari berakhirnya alam ini,
Hari Kiamat.
Kehancuran
alam semesta merupakan peristiwa yang paling besar dari serangkaian fenomena
alam yang pasti akan terjadi dalam sejarah kehidupan manusia dan seluruh
makhluk hidup yang ada di bumi ini. Ketika fenomena alam terbesar ini terjadi,
alam semesta akan kembail menyusut dan mengecil, sehingga benda-benda langit
saling bertumbukan diremas oleh gaya gravitasi yang maha kuat dan akhirnya
masuk kembali dalam singularitas menuju ketiadaan; Kiamat Universal.
Sains
tidak dapat dikatakan netral, melainkan mengandung nilai-nilai yang menyusup
melaui konsensus para ilmuan yang membenarkannya. Sains telah berkembang selama
empat abad dalam lingkungan bangsa Eropa yang tak Islam dan selama itu pula
telah mewarisi nilai-nilai tak Islami. Dasar pemikiran sains yang mereka susun
membatasi sains itu sendiri sedemikian rupa sehingga ia tak dapat menerima
masukan dari agama, sehingga agama dimasukkan dalam kelompok ilmu lain yaitu
ilmu metafisika.
Tema
kehancuran alam semesta perlu ditinjau dari perspektif Islam dan Sains Modern.
Hal tersebut karena sains dikembangkan untuk mencari kebenaran, maka pada
akhirnya ia akan bersesuaian juga dengan Al-Qur’an. Sebab ayatullah dalam jagad
raya atau Al-Kaun yang diteliti oleh para saintis tidak mungkin bertentangan
dengan ayatullah di dalam Al-Qur’an. Kebenaran tentang kehancuran alam
semesta yang terdapat dalam berbagai ayat-ayat Al-Qur’an adalah absolut. Sains
berusaha menjelaskan secara ilmiah dari fenomena kiamat tersebut, dan untuk
menguatkan informasi yang telah ada dalam Al-Qur’an.
II.
PEMBAHASAN
a.
Hari
Kiamat dalam Al-Quran dan Hadis
Hari kiamat adalah waktu
berakhirnya seluruh kegiatan di dunia dan berakhirnya alam dunia. Iman kepada
hari kiamat adalah mempercayai bahwa seluruh alam semesta ini dan segala isinya
pada suatu saat nanti akan mengalami kehancuran dan mengakui bahwa setelah
kehidupan di dunia ini ada kehidupan yang kekal abadi. Tidak bisa dipungkiri,
rahasia Hari Kiamat hanya Allah SWT yang tahu, Dialah yang mengetahui segala
sesuatu. Ketika Komet Levi-Schumacher masuk ke dalam daerah Tata Surya dan
tertangkap oleh Yupiter, banyak komentar yang diberikan oleh para astronom.
Mereka mengatakan, apabila komet itu lolos, maka akan menghantam Bumi dan
kehidupan di Bumi akan lenyap.
Di dalam Al-Quran sendiri,
terdapat beberapa tanda-tanda Hari Kehancuran salah satunya seperti dalam surat
Al-Anbiyaa’ ayat 104 :
(yaitu)
pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas.
sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah
yang akan melaksanakannya. (Q.S. Al-Anbiya [21] : 104).
Dalam
hadis, dijelaskan beberapa tanda-tanda yang menerangkan hari kiamat. Hadis ini
dilansir oleh Ibn Majah dalam Sunannya.[2]
“Termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah ketika
seorang budak perempuan melahirkan anak tuannya, dan kamu lihat orang-orang
yang tak beralas kaki, telanjang, kenak-kanakan, sekaligus penggembala kambing
saling berlomba meninggikan bangunan.
Dalam
hadis yang lain disebutkan bahwa
“tidak
akan terjadi kiamat sampai matahari terbit dari sebelah barat”[3]
Pengetahuan
tentang hari kehancuran, hanya Allah yang mengetahuinya. Manusia hanya diberi
ilmu sedikit.[4]
Al-Qur’an hanya memberikan beberapa isyarat tentang hari kehancuran alam
semesta ini. Belum tentu sebagai suatu rangkian mekanisme yang pernah terjadi
atau dapat diprakirakan oleh sains saat ini. Tetapi mengkaji kemungkinan secara
ilmiah, diharapkan memerkuat keyakinan kita akan kepastian hari kehancuran.
b.
Hari
Kiamat dalam Sains
Beberapa
teori ilmu pengetahuan pun memperkuat adanya hari kiamat. Teori-teori tersebut
diantaranya dikemukakan oleh Sir Jame Jeinz, seorang astronom dan oelh Prof.
Achmad Baiquini Msc. Ph.D.[5]
1. Sir Jame
Jeinz
Mengatakan
dalam buku Bintang-Bintang dalam
Perjalanannya
bahwa bulan itu akan mendekati bumi sedikit demi sedikit hingga
kedekatannya itu mengancam keselamatan bumi. Pada saat itu hari pembalasan akan
segera tampak dan bulan akan terbelah. Tanpa diragukan lagi bahwa terbelah dan
jatuhnya bulan terjadi akibat rusaknya gaya tarik menarik antar
bintang,matahari berbebturan dengan bumi atau apa saja yang tidak kita ketahui
dan tidak bisa kita bayangkan. Tanda demikian itu merupakan salah satu tanda
akan terjadinya hari kiamat.
2. Prof.
Achmad Baiquini Msc. Ph.D.
Ketua Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan
Muslim Indonesia (ICMI), dalam bukunya Alquran
Ilmu Pengatahuan dan Teknologi, mengemukakan bahwa ada beberapa
sekenario tentang terjadinya kiamat menurut sains.
- Skenario pertama menggambarkan habisnya bahan bakar temonuklir yaitu hidrogen dalam matahari. Kalau reaksi nuklir makin berkurang, matahari akan menjadi dingin dan bumi akan membeku. Tak ada tanaman yang akan tumbuh dan kehidupan di bumi akan berakhir. Waktu yang dibutuhkan matahari untuk menghabiskan bahan bakarnya berkisar sekitar lima milyar tahun
- Skenario kedua menggambarkan habisnya hidrogen dibumi. jika hidrigentersebut habis, maka semua makhluk hidup akan mati membeku seperti pada skenario pertama. Barangkali selama milyaran tahun juga.
- skenario ketiga menggambarkan mengembangnya matahari. Sebagaimana di diketahui, matahari merupakan salah satu bintang dalam galaksi kita yang letaknya paling dekat dengan bumi. Evolusi matahari akan mengikuti bintang-bntang lainnya yaitu bila ia telah “Padam” ia akan menyusut menjadi kecil sampai pada suatu saat ketika energi gravitasinya berubah menjadi panas dan mengubahnya menjadi bintang raksasa merah. Pada kondisi demikian sistem tata surya sebagian (termasuk bumi kita) akan tertelan oleh matahari. semua makhluk hidup akan mati terbakar.
Selain
itu, Pembahasan mengenai kehancuran alam semesta dalam sudut pandang Islam dan
sains menunjukkan adanya kesamaan. Ilmu Islam (Al-Qur’an) memberikan informasi
kepada ilmu sains dan teknologi bahwa alam semesta akan mengerut dan mengalami
kehancuran. Dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 104 “ Pada hari Kami melipat langit bagaikan melipat lembaran buku-buku.”
Secara tersurat menjelaskan bagaimana proses terjadinya hari akhir atau
kehancuran dari alam semesta. Demikian juga dalam sains yang menjelaskan proses
kehancuran alam semesta yang serupa. Menurut Teori Big Crunch, alam
semesta akan berhenti berekspansi dan menyusut menjadi sebuah titik. Dengan
demikian, displin ilmu Islam memberikan informasi kepada disiplin ilmu sains.[6]
Big Crunch menyatakan alam semesta akan terus berkembang hingga titik maksimal,
kemudian setelah mencapai titik maksimal maka alam semesta akan mengalami
kompresi atau mengecil dan akhirnya kembali menjadi titik.[7]
Untuk
menentukan nasib mana yang menunggu alam semesta, kita perlu lebih mengerti
secara menyeluruh faktor apa yang menyebabkan mengembang dan mengempis. Analogi
sederhana mungkin dapat membantu. Andaikan anda melempar sebuah batu ke
udara. Selama sebuah batu tersebut naik, gravitasi bumi akan melambatkan
kenaikan batu dan pada akhirnya menghentikan gerak batu sehingga batu jatuh
kembali ke bumi. Di sisi lain, jika anda dapat melemparkan batu lebih cepat
daripada the earth’s escape velocity
, batu akan naik selamanya. Sifat pergerakan batu tergantung pada kekuatan
gravitasi dan impuls keatas yang diberikan kepada batu. Hal yang sama berlaku
untuk pengembangan alam semesta.
Hilangnya
gaya gravitasi akan menyebabkan semua benda langit, termasuk bumi bergerak
bebas tanpa arah yang jelas, bahkan mungkin saling berbenturan. Lebih dari itu
bintang-bintang yang juga adalah matahari mungkin meledak dan hancur akibat
berbenturan dengan benda langit lain. Dan salah satu bintang yang meledak itu
mungkin saja adalah matahari pada tata surya kita sehingga langit menjadi merah
dan menyilaukan, seperti yang dinyatakan Alquran, "Maka ketika langit
terbelah dan menjadi merah seperti mawar dan kilauan minyak" (Q.S
Ar-Rahman: 37)"
Pada
ayat al-anbiya ayat 104 yang berarti “Pada
hari Kami melipat langit bagaikan
melipat lembaran buku-buku. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama
Kami akan mengulanginya. Suatu janji atas diri Kami sesungguhnya Kami-lah yang
akan melaksanakannya.” Ayat tersebut menyatakan bahwa langit akan
digulung seperti lembaran-lembaran kertas dalam hal ini langit akan berubah
bentuk dari luar menjadi sempit. Alam semesta pada teori Big Crunch diprediksi
tidak akan berekspansi secara terus menerus. Menurut rapat massa alam semesta,
suatu saat nanti gaya gravitasi antar galaksi yang mempengaruhi ekspansi akan
melemah. Dan secara langsung akan memperlambat laju ekspansi. Sebagaimana
dinyatakan pada teori Big Crunch, dimana bukan hanya gaya gravitasi yang
mempengaruhi ekspansi alam semesta. Namun awal mula terjadinya ekpansi
itu sendiri juga sangat berpengaruh atas kelangsungan ekspansi alam semesta
ini. Sebuah proses ekspansi alam semesta pada awalnya tentu menghasilkan ukuran
alam semesta yang berbeda dengan sekarang. Ukuran alam semesta pada awal
ekspansi menentukan kecepatan ekspansi pada waktu itu.[8]
The
Hubble Constant mengukur kondisi saat ekspansi di alam semesta, dan kekuatan
gaya gravitasi tergantung pada kerapatan dan tekanan dari masalah ini dan di
alam semesta, atau dengan kata lain, kerapatan alam semesta. Jika kerapatan
alam semesta lebih besar dari kerapatan kritis maka kekuatan gaya grafitasi
akan menghentikan alam semesta dari memperluas dan alam semesta akan runtuh
kembali pada diri sendiri. Sebaliknya jika kerapatan alam semesta kurang dari
kerapatan kritis, alam semesta akan terus berkembang dan tarikan gravitasi
tidak akan cukup untuk menghentikan alam semesta dari berkembang dan tarikan
gravitasi tidak akan cukup untuk menghentikan alam semesta dari berkembang.
Skenario ini akan menghasilkan “Big Freeze”, di mana alam semesta mendingin
karena mengembang dan mencapai keadaan entropi. Beberapa berteori bahwa alam semesta bisa runtuh ke keadaan di
mana ia dimulai dan kemudian memulai Big Bang, sehingga dalam cara ini alam
semesta akan berlangsung selamanya, tapi akan melewati fase ekspansi (Big Bang)
dan kontraksi (Big Crunch).[9]
Berikut gambar fase Kontraksi alam semesta
c.
Kegunaan
(Aksiologi) Mempelajari Teori Kehancuran Alam
Semangat
Al-Qur’an, menurut Fazlur Rahman, adalah semangat moral. Bahkan tujuan Nabi
diutus ke bumi untuk menyempurnakan moral. Oleh karena itu, setiap upaya
penafsiran Al-Qur’an tidak dapat melepaskan diri dari pesan dan moral. Demikian
halnya dengan ayat Al-Qur’an yang mebahas tentang kehancuran alam. Ada beberapa
pesan moral kehancuran alam semesta : [10]
1.
Mengubah Pandangan Hidup
Dunia Materialistik Menjadi Seimbang Antara Dunia Akhirat
Pengetahuan
sains telah menyebutkan bahwa kehancuran alam pasti akan terjadi. Dalam
Al-Qur’an, berbagai ayat mengajarkan akan keyakinan akan adanya hari pembalasan
mengantarkan manusia untuk melakukan berbagai amal sholeh dalam kehidupannya.
2.
Menumbuhkan Rasa Tanggung
Jawab
Amir
Nuruddin mengutip pendapat A. Mukti Ali bahwa semangat poko dalam Al-Qur’an
adalah untuk menanamkan ke dalam jiwa kesadaran tentang tanggung jawab.
3. Pembenahan
Diri Seawal Mungkin
Sains
tidak apat dikatakan netral, melainkan mengandung nilai-nilai yang menyusup
melalui para pakar yang mengembangkannya. Umat islam harus menekankan kepada
umat muslim terutama peserta didik bahwa sains didasarkan pada eksperimental
dan observasi terhadap alam yang tampak ini dan tidak mempunyai sekelumit pun
pengetahuan tentang alam gaib. Kita harus menegaskan bahwa ekstrapolasi sains
sampai pada periode penciptaan alam semesta tidak dijamin kebenarannya karena
para pakar sendiri tidak tahu apa yang terjadi sebelum apa yang mereka namakan
waktu Planck; yaitu seper-sepuluh-juta-triliun-triliun sekon sesudah
penciptaan. Dan umat islam harus menjelaskan bahwa sains berkembang melalui
berbagai tahapan. Pada tahapan-tahapan tertentu mungkin saja dalam sains tidak
sesuai, atau bahkan saling bertentangan dengan isli Al-Qur’an. Akan tetapi
karena sains dikembangkan untuk mencari kebenaran, maka pada akhirnya akan
bersesuaian dengan Al-Qur’an.
III.
PENUTUP
Sains
telah mengatakan dalam salah satu teorinya bahwa alam pada saatnya akan mengalami
kehancuran secara total (hari kiamat). Salah satu pandangan atau teori yang
mengatakan hal tersebut adalah “Teori Big Crunch” (teori pengerutan). Teori
tersebut merupakan kebalikan dari teori “Big Bang” atau teori ekspansi. Teori
ini menyakatakan bahwa alam semesta akan berhenti berekspansi dan menyusut
menjadi sebuah titik. Teori Big Crunch menyatakan alam semesta akan terus
berkembang hingga titik maksimal, kemudian setelah mencapai titik maksimal maka
alam semesta akan mengalami kompresi atau mengecil dan akhirnya kembali menjadi
titik.
DAFTAR
PUSTAKA
An-Najjar, Zaghlul. 2011. Sains dalam Hadis.
Jakarta : Amzah.
‘Awadh bin ‘Ali bin
‘Abdullah. 2009. Tanda-tanda Hari Kiamat Besar dan Kecil. IslamHouse.
cintaifisika18.wordpress.com/2012/05/14/bab-ipendahulua/
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. 2010. Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Manofso. Hari Kiamat dari Segi Sains. Dapat
diakses melalui situs http://manofso.wordpress.com/
Tauffiqhy, Abdel Tauffiqhy. Teori Big Bang Dan Teori Big Crunch. (Padang : SMAN 1, 2010.
http://www.miraclesofthequran.com/scientific_03.html
* Disampaikan pada mata kuliah sains dalam Islam, di Pondok
Pesantren Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada 19 Desember 2012.
[1] Pemakalah
adalah Santri Pondok Pesantren UII Yogyakarta angkatan 2010.
[2]
Zaghlul an-Najjar. Sains dalam Hadis. (Jakarta : Amzah, 2011) hlm. 98.
Dan ‘Awadh bin ‘Ali bin ‘Abdullah. Tanda-tanda
Hari Kiamat Besar dan Kecil. IslamHouse, 2009. Hlm. 19.
[3] Ibid.
[4] Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Penciptaan
Jagat Raya dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), hal. 134.
[7] the universe
will begin to collapse slowly and will then increasingly pick up speed. At the
end of the process the universe will have infinite density and be infinitely
hot and small. This scientific theory runs parallel to the Qur'anic explanation
of this particular scientific concept
[8]
cintaifisika18.wordpress.com/2012/05/14/bab-ipendahulua/
[9] Abdel Tauffiqhy. Teori Big Bang Dan Teori Big Crunch. (Padang : SMAN 1,
2010), hlm. 8-9.
[10] Ibid.
0 komentar:
Posting Komentar