Oleh : Iqbal Zen
Dalam sebuah forum penulis mendapatkan sebuah
kisah yang penulis rasa perlu untuk dishare kepada para pembaca yang budiman. Begini.
Suatu saat ada seorang ulama besar dan juga sebagai mufti pada kalanya pernah
bermimpi. Dalam mimpinya ia melihat Rasululah. Manusia agung yang merupakan
panutan umat muslim sedunia. Manusia yang merupakan suri tauladan yang menjadi
kekasih Allah. Dalam mimpi tersebut, ia (ulama) melihat salah seorang yang
dirasa pernah ia kenal dipeluk oleh Rasul.
Bukan main terkejutnya ulama tersebut melihat kejadian
tersebut. Ia yang sangat mendambakan ia dapat dipeluk oleh Rasul dalam mimpi
tetapi belum pernah terjadi. Saking inginnya ulama tersebut dipeluk oleh rasul
maka ia mencari tahu seseorang yang ia lihat dalam mimpi yang tentunya ia
pernah mengenalnya. Telusur demi telusur, akhirnya sang ulama mengetahui
identitas seseorang yang dalam mimpinya dipeluk oleh Rasul. Seseorang tersebut
ternyata merupakan tetangganya yang berprofesi sebagai petani.
Tanpa membuang banyak waktu, sang ulama pun ber-silaturahmi
dan bertanya amalan apa yang rutin dikerjakan setiap hari. Dalam hatinya ulama
terbesit “kok bisa ya, saya yang mungkin sebagai seorang ulama yang tentunya
memiliki pengetahuan agama yang lebih tinimbang petani tersebut, tatapi aku
hingga saat ini belum pernah bermimpi dipeluk oleh Rasul”.
(Bermimpi bertemu saja
dengan Rasul merupakan suatu kebahagian yang luar biasa apalagi nanti bertemu
dengan Tuhan pada hari kiamat. Sungguh luar biasa.!!! Pernah penulis juga
mendengar cerita dari kawan-kawan yang kebetulan memiliki seorang guru yang
WaAllhu’alam pernah bertemu dengan Rasul. Ketika ditanya terkait apa yang
dirasakan ketika bertemu dengan baginda Rasul, maka tidak ada perkataan pun yang
ia berikan tapi linangan air mata kebahagian sehingga tak sanggup diutarakan
dengan kata-kata.)
Rasa penasaran yang terus menyelimuti pikiran sang ulama hingga
ia terus mencari informasi terkait amalan yang dilakukan oleh petani tersebut. Petani
yang memiliki ke-tawadhu-an tersebut menjawab sekenanya bahwa apa yang ia
lakukan adalah sama apa yang dikerjakan oleh seorang muslim pada umumnya tak
ada yang spesial bahkan ia sering tidak mengikuti shalat berjamaah dikarenakan
harus bertani karena hanya dengan bertanilah ia mendapatkan penghasilan. Sehingga
apabila ia tidak pergi kesawah atau bertani, maka keluarganya tidak makan.
Setelah
didesak oleh ulama tersebut hingga akhirnya ia mengatakan bahwa setiap kali ia
menanam padi, maka tak ada satu padi pun yang ditanam tanpa menyebut nama Allah
dan Rasulullah. Subhanallah.. Amazing..!!
Ada
beberapa hikmah yang dapat dipetik dari kisah di atas bahwa jangan meremehkan sekecil
apapun perbuatan yang dilakukan oleh seseorang apalagi perbuatan tersebut
merupakan perbuatan mulia untuk mencari nafkah kepada keluarga. Dalam suatu
riwayat dikatakan bahwa Rasul pernah mencium salah seorang ketika kembali dari
peperangan dan disambut oleh banyak orang. Ketika bersentuhan dengan tangan
salah seorang yang mendekat kepadanya, rasul merasakan kekasaran tangan orang
tersebut. Ketika ditanya bahwa tangannya kasar dikarenakan pekerjaannya yang
berat untuk menafkahi keluarganya. Saat Rasulullah Saw hendak mencium tangan
itu, beliau berkata, "Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada"
'inilah tangan yang tak pernah disentuh api neraka selama-lamanya'." Maka,
mari bekerja, jangan berpangku tangan. Dan ingat bahwa tangan di atas lebih
baik dari tangan di bawah.
Hikmah
berikutnya adalah sebagai seorang muslim tentu kita memahami bahwa kita
diperintah untuk bersikap rendah hati. Tetapi tidak rendah diri. Tidak
berbangga-bangga atau sombong terhadap apa yang telah diperoleh. Derajat
ketinggian seseorang yang menentukan adalah Allah. Sangat bisa jadi apa yang
diperoleh seperti ilmu sebagai mana ulama diatas, merupakan suatu ujian bagi
si-empunya. Maka, meskipun secara struktural ataupun secara tatanan sosial
seorang dipandang lebih rendah dari orang yang mempunyai suatu jabatan tetapi yang
terpenting adalah bagaimana dan dengan apa seseorang dapat mendekatkan diri
kita kepada Allah SWT. [] Waallahu 'alam.
2 komentar:
amazing :)
Amazong broohh...
Posting Komentar