Oleh
: Iqbal Zen
Terkadang kita
terlalu sempit dalam memaknai suatu hal. Misalnya saja dalam ibadah. Sering diantara
kita memaknai ibadah dalam pemaknaan yang amat sangat sempit. Seorang muslim
dikatakan sedang beribadah manakala ia sedang mengerjakan shalat. Atau ringkasnya
suatu dianggap ibadah adalah prosesi yang nampak dari pandangan kita.
Padahal, kalau kita
telusur lebih jauh, maka, sejatinya pemaknaan terhadap ibadah sangat luas dan
dalam. Bisa nampak (dzohir) dan tidak (bathin). Saya akan share
sedikit cerita yang saya dapatkan dari salah seorang Kiyai favorit saya asal
Kota Rembang. Iya, KH. Mustofa Bisri.
Jadi, ada seorang bocah
(budak kecik) yang sedang belajar di Sekolah Dasar (SD), sebut saja
namanya Temon. Ia mendapatkan tugas dari gurunya untuk membuat tugas
mengkliping ritual-ritual ibadah masing-masing agama. Tempo yang diberikan guru
tersebut adalah satu Minggu.
Waktu dengan cepat
berlalu, hari pengumpulan tugas telah datang. Sang Guru pun memberikan intruksi
kepada murid-muridnya untuk meletakkan tugasnya di atas meja masing-masing.
Alangkah gubraknya
(baca : bingung) si temon saat
itu. Ia belum mengerjakan tugasnya. Ia bergerak cepat, memutar otak. Ia pun
mengambil gambar (foto) dirinya sendiri di dalam tas, kemudian menempelkannya
ke dalam lembar kertas.
Manakala sang guru
sampai di meja Temon, sang guru pun marah. “temon mana tugasmu???, kok kamu
hanya menempelkan gambarmu dalam lembar tugasmu?!!
Temon pun menjawab,
“sekarang kan sedang bulan puasa, jadi saya menempelkan gambar saya bu, saya
kan sedang ibadah puasa”. []
0 komentar:
Posting Komentar