Suasana Desa, Dusun Karang Tengah |
Oleh : Iqbal Zen
Selasa (23/07/2013) adalah hari pertama kedatanganku bersama sahabat baruku
di Desa Giri Cahyo Kecamatan Purwosari Kabupaten Gunung Kidul dalam rangka KKN
(Kuliah Kerja Nyata atau Kuliah Kerja Nikah, hehe). Alhamdulillah,
adalah kata yang harus selalu kuucapkan dan kupersembahkan kepada Allah SWT. Rasanya
waktu berjalan begitu cepat, sepertinya aku merasa bahwa baru beberapa waktu
saja aku melihat kakak angkatku berpamitan untuk KKN, tapi saat ini aku yang
berpamitan pada teman-teman di Pesantren.
Kebetulan kami ditempatkan di desa yang masih menjunjung tinggi rasa ikatan
persaudaran dan kebersamaan. Apa yang diajarkan Nabi SAW benar-benar terasa
ketika berada di lingkungan baruku ini. Yang berkendaraan memberi salam kepada
yang berjalan, yang lewat memberi salam kepada yang duduk, yang muda menghormati
yang tua, yang tua menyayangi yang muda, Ya, sesuai sunnah Nabi Muhamaad SAW.
Ada banyak pelajaran meskipun kami baru datang, pelajaran penting bagi kami
ialah kami harus banyak bersyukur. Bagaimana kami biasanya dengan bebas
menggunakan air seenaknya, tapi untuk saat ini tidak demikian, kami harus
mengirit penggunaan air. Air merupakan sumber kehidupan yang menjadi persoalan
bagi masyarakat desa Giri Cahyo.
Rata-rata masyarakat sekitar mempunyai tempat penampuan air. Di musim
hujan, air diarahkan untuk masuk ke tempat tersebut. Maklum, desa ini terletak
di daerah dataran tinggi meskipun letaknya tidak jauh dari pantai tetapi
struktur tanah yang mengandung kapur dan keras, sehingga mengakibatkan air yang
keluar pun mengandung kapur. Maka, wajar apabila kebanyakan dari kalangan usia
40 tahun ke atas menderita penyakit prostat, bahkan hingga meninggal dunia.
Air memang sumber kehidupan vital manusia, semua kehidupan berasal dari air
(begitu firman Allah, wa ja’alna min al-ma’ kulla syaiin hayyi). Tidak
ada makhluk yang dapat hidup tanpa adanya air. Disini, saya banyak belajar dari
realitas yang dialami masyarakat. Kesabaran dan rasa nerimo masyarakat
sungguh luar biasa.
Dari kondisi air yang sulit tersebut, warga terpaksa membeli air dari jasa
penjual air bersih. Harganya juga lumayan besar dibanding dengan penghasilan
warga. Untuk satu tang dihargai dengan 130 ribu rupiah, bahkan di waktu
menjelang hari raya harga bisa mencapai 150 ribu. Air yang telah dibeli
tersebut kemudian ditampung di bak penampung hujan tadi.
Dalam satu tang biasanya bertahan sampai satu minggu sampai dua minggu
saja, lepas itu warga kembali menghubungi pihak penjual air bersih. Sungguh, dari sini saya banyak belajar tentang pentingnya air dan bagaimana
seharusnya kita menghemat air dalam kehidupan air.
Dalam suatu penelitian, ditemukan
bahwa air terdiri dari berbagai susunan komponen yang juga hidup, sehingga
sesuatu yang hidup pasti ingin diperlakukan dengan baik juga. Coba sekarang
kita bandingkan antara air yang dibacakan doa dan perkataan yang baik, akan
jelas berbeda dengan air yang diucapkan kalimat-kalimat kotor.[]
Giri Cahyo, 24 Juli 2013
0 komentar:
Posting Komentar