Oleh
: Iqbal Zen
Matahari pagi mulai
muncul dari peraduannya, begitu pula dengan kami dan teman-teman untuk kembali
menyongsong aktivitas yang telah diagendakan sebelumnya. Alhamdulillah, sang
Illahi masih memberikan kesempatan kepada kami untuk bisa menambah pundi-pundi
ilmu dan pengalaman hidup di Negeri Jiran ini. Tak seperti biasanya, pagi ini
kami pergi ke Fakultas Syariah dan Undang-Undang (FSU) menaiki sebuah bus
kampus. Kebanyakan mahasiswa USIM adalah putri, sehingga tak pelak dalam bus
yang kami naiki tersebut dua per tiga lebihnya adalah mahasiswi. Begitu halnya
ketika berada di dalam kelas.
Kami sejatinya telah memiliki jadwal kelas pada pukul 10.00 PM, namun, tatkala sesampainya kami di kelas tersebut ternyata tak ada satu pun orang di dalamnya. Mungkin saja ada pemindahan jadwal subjek. Tidak ingin membuang waktu, kami pun melihat kelas yang berada di sampainya masih terbuka lalu kemudian kami masuk dan mengikuti kelas. Kebetulan mata kuliah yang sedang disampaikan adalah metodologi reseach (metode penyelidikan) oleh Prof. Musa. Namun, sangat disayangkan kelas tersebut tidak lama, baru saja baru mengikuti kelas sekitar setengah jam dan kemudian kelas ditutup.
Pada siang hari
setelah menunaikan ibadah shalat jumat, saya dan Kak Sams bersama-sama menuju
ke bilik (baca : ruang) salah satu dosen pada Fakulti Pengajian Quran dan
Sunnah, Dr. Najm Abdurrahman Khalf. Sebagaimana telah saya tulis pada tulisan
sebelumnya bahwa, beliau merupakan salah satu ulama yang berasal dari Iraq yang
mengajar di Universitas Sains Islam Malaysia. Sebelumnya, kami memang telah
bertemu dalam sebuah halaqah pembacaan dan pensyarahan hadis yang langsung
disampaikan oleh beliau. Ketika halaqah tersebut usai dan menunaikan ibadah
shalat maghrib, kami sempat berbincang-bincang dan beliau mengundang kami untuk
datang ke ruangnya pada hari jumat (17/05/2013). Bersama dua orang mahasiswa
beliau yang berasal Bagdhad, Syaikh Ahmad dan Syaikh Sajjad yang masing-masing
sedang mengambil program master pada takhasus Hadis dan Qiraat, kami pun bersama-sama
masuk ke ruang beliau.
(foto di pintu masuk ruangan Dr. Najm) |
Di ruangan yang
berukur 5 x 4 M tersebut, beliau berbicara banyak terkait nasihat-nasihat dan
penjelasan-penjelasan terkait pembahasan keagamaan. Memang banyak kata-kata
yang sulit kami fahami ketika beliau berbicara dikarenakan terkadang apa yang
disampaikannya menggunakan bahasa arab ala Bagdhad. Namun, ada beberapa nasihat yang
kami tangkap terhadap apa yang beliau sampaikan. Pada mula kami masuk ke ruang
dan duduk tepat di hadapannya, kami langsung ditanya terkait hafalan Quran yang
kami miliki. Spontan kami hanya bisa tersenyum. Dengan sangat bijak beliau
mengatakan bahwa orang yang ahli Quran, dekat dengan al-Quran, mau mengamalkan
quran adalah termasuk ke dalam orang-orang yang dirindukan surga.
Penulis ingat akan
sebuah hadis yang mengatakan bahwa iqrauu al-Quran fainnahu ya’ti yaumal
qiyamati syaafi’an li ashabihi. Bacalah olehmu sekalian al-Quran, karena
sesungguh ia akan menjadi pemberi syafa’at bagi orang yang dekat dengan
al-Quran. Banyak sejatinya faedah yang dapat dipetik dari al-Quran. Hanya saja
kebanyakan dari kita kurang mampu mengoptimalkan apa yang terkandung dalam
al-Quran.
Selain keutamaan
al-Quran, beliau pun mengatakan bahwa keutamaan orang yang dekat dengan ulama. Salah
suatu hadis pun dikatakan man zara ulama fa kaannahu zara anbiya. Barang
siapa yang bersilaturahmi kepada ulama, maka ia sama halnya bersilaturahmi
kepada para nabi. Sudah maklum bersama bahwa ulama merupakan pewaris para nabi.
Duduknya orang bersama ulama sama halnya dengan ibadah selama satu seribu
tahun. Subhanallah.
Dalam menuntut
ilmu, lanjut beliau, setidaknya ada dua cara manakala sang guru tersebut sudah
meninggal. Cara yang pertama adalah dengan belajar kepada muridnya. Cara yang
kedua adalah dengan mempelajari kitab-kitabnya. Imam an-Nawawi misalnya, beliau
adalah seorang ulama besar yang tidaknya hanya faqih (ahli fiqih), tetapi juga
ahli dalam bidang bahasa (balaghah), aqidah, tafsir, hadis dan lain sebagainya.
Kitab karangan beliau salah satunya aldzkar yang merupakan kumpulan-kumpulan
doa-doa dan wirid namun rasanya sangat sulit ketika saat ini ketika mencari
murid beliau untuk belajar kepadanya. Maka, cara untuk bisa belajar banyak
darinya adalah dengan kitab-kitab yang ditulis langsung oleh tangannya.
Saya sendiri salut
atas segala pengorbanan beliau dalam menuntut ilmu. Masih dalam wejangan
keilmuannya, seorang yang menuntut ilmu akan lebih baik apabila belajar
langsung kepada sang guru (muwajahah) sehingga “transfer of knowledge”
pun akan menjadi lebih cepat sampai. Beliau selalu memegang prinsip, bahwa
beliau akan lebih puas dan yakin apabila suatu ilmu itu langsung ia dengar dari
sang guru bukan berasal dari mulut ke mulut atau (rawahu ‘an..). Beliau
menambahi, bahwa sejatinya seorang ulama ketika menjelaskan suatu ilmu kepada
muridnya sama halnya ia sedang menulis suatu ilmu dengan pena lisannya yang
tulisan tersebut akan lebih awet dan kekal dalam benak sang murid tersebut.
Akhirnya, setelah
2,5 jam berada di dalam satu ruangan bersamanya, kami pun bersama menunaikan
ibadah shalat ashar yang langsung dipimpin oleh Dr. Najim. Usai menunaikan
shalat, kami pun memohon pamit untuk kembali ke Kolej Kediaman (KK) 1, tepat
kami singgah. Jazakumullahu khaoran katsiron ya muallimi. Allohumma
bariklahu fi umrihi, Allohumma amin. []
Negeri
Sembilan, 17 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar