Oleh :
Iqbal Zen
Salah satu bentuk kepedulian terhadap sesama adalah
memberikan nasihat ke arah yang benar. Jikalau ada misalkan teman kita yang
kurang pas, maka sudah menjadi kewajiban sesama
muslim untuk saling mengingatkan. Begitu pun Sang Illahi yang telah
memberikan nasihat kepada hambaNya untuk saling nasihat menasihati kepada
sesama manusia. Tanpa adanya sebuah nasihat maka yang akan timbul adalah sebuah
kerugian yang mungkin tidak hanya berdampak pada pelakunya sa(ha)ja melainkan sangat
mungkin terjadi kepada orang lain.
Sedemikian pentingnya nasihat tersebut, kami yang saat
ini sedang berada di Universitas Sains Islam Malaysia pun merasakan iklim untuk
memberi nasihat, arahan ataupun hikmah terasa. Misal yang sering kami temui adalah
nasihat yang disampaikan melalui media tulisan yang tertempel di beberapa sudut
bangunan. Ada salah satu nasihat (Malay: Arahan) yang kami dapatkan di kantin
Kolej Kediaman (KK) 1 yang mengatakan “Dzikrunnas da.un wa Dzikrullah
syifaun”. Mengingat-ingat manusia itu penyakit sedangkan mengingat Allah
adalah obat.
(Foto diambil di kantin Kolej Kediaman (KK) 1 USIM) |
Sebagaimana dalam firmanNya, dalam tubuh manusia ada
sebuah penyakit yang penyakit tersebut sangat mungkin bertambah dan bisa ju(g)a
sembuh. Penyakit itu bertambah manakala hatinya tidak digunakan untuk selalu
ingat kepada sang pembuat hati. Berbeda halnya, jika memang hati kita digunakan
untuk senantiasa mengingat (dzikir) kepadanya. Mengingatnya tidak harus
berada di dalam masjid. MengingatNya tentu dapat dilakukan dimana-mana.
Memang hal ini sangat sulit untuk dilakukan oleh kita
pada umumnya. Seorang anak muda misalnya yang sudah mempunyai pacar, kemungkinan
besar ia akan sering terbayang wajah pacarnya. Seorang yang baru mempunyai
mobil baru, maka bisa saja fikirannya akan terbawa pada barang tersebut jika
tidak disadari bahwa semuanya adalah bersumber dari-Nya.
Dari kata hikmah di atas, saya pribadi menyadari
sepenuhnya bahwa kita seharusnya mengingat Allah dalam keadaan apapun. Terkadang
kita hanya mengingatNya kalau kita berada pada titik terendah kita. Lain halnya
ketika kita berada kondisi yang makmur, sejahtera dan tidak kekurangan suatu
apapun maka kita akan cenderung untuk melupakan dari mana sejatinya itu semua
berasal hingga akhirnya kita menjadi sombong.
Ada hal menarik yang berkaitan dengan sifat sombong
dengan realitas kehidupan kita sehari-hari. Pernahkan kita berfikir hikmah di
balik realitas grafitasi? Semua benda yang dilempar keatas, cepat atau lambat
pasti akan kembali ke bawah. Realitas itu menggambar akan bentuk ketawaduan
semua benda yang ada di bumi. Seberat, semahal, sebagus apapun benda tersebut ketika
dilemparkan ke atas dan sampai pada tingkat tertinggi maka ia tetap akan
kembali ke bawah. Ia tidak akan terlena dengan posisi di atas yang hanya
sementara dan ingin segera bersujud kepada sang Illahi. SubhanaAllah.
Semoga kita dianugerahkan Allah hati yang bersih dari
segala bentuk kotoran hati yang pada akhirnya merusak hubungan trasendental
kita kepada Sang Pencipta. Allohumma inna nasaluka qolban khasi’an,
tathmainu bi ‘athoika ya Rabbal ‘alamin. Wallahu’alam. []
USIM, Negeri
Sembilan, 17/05/2013.
0 komentar:
Posting Komentar