Oleh
: Iqbal Zen
Twin tower,
merupakan icon utama dari Negara Malaysia. Dulu, saya hanya sebatas memandangi
gambar tersebut di kaos-kaos yang dipakai oleh beberapa orang di desaku yang
kebetulan mohon maaf mencari nafkah di negeri jiran. Tidak ada sedikit
pun terbesit dalam benakku kala itu untuk bisa mengunjungi tempat tersebut.
Hatta, akhirnya tanggal 24 Mei 2013, Petronas mencatatkan namaku dalam memori
indah dalam benaknya.
Sebelum kepergianku
ke Malaysia, setiap kali nama Malaysia di sebutkan, fikiran utamaku selalu
tertuju pada dua buah menara kembar tersebut. Aku pun tak menyangka, apakah
kemarin yang aku kunjungi adalah benar menara kembah alias twin tower atau
bukan.
Perjalanan
hanya ditempuh dalam waktu satu jam setengah dari kediaman kami berada. Dengan
diantar oleh Kak Farid (mahasiswa Master USIM asal Indonesia) menuju Keretapi
Tanah Melayu (KTM) Nilai, dari situ kami kemudian menuju stasion Kuala Lumpur. Di
kuala lumpur kami bertemu dengan seorang mahasiswa master IIUM asal Indonesia,
Kak Rama. Bersamanya kami sedikit banyaknya sharing dan makan pagi bersama di
sebuah tempat di Pasar Seni.
(Area Kuala Lumpur) |
Setelah
perut terisi, kami pun melanjutkan perjalanan sesembari mengambil beberapa dokumentasi
di beberapa tempat yang dikira asik dan menarik. Berhubung kami harus
menunaikan ibadah shalat jumat, akhirnya kami sepakat untuk menunaikannya di
sebuah masjid terdekat, tujuan akhir pun tertuju pada Masjid India. Pengalaman
mengesankan di Masjid India yang sulit untuk dilupakan. Sebelum khutbah dimulai
sudah ada takmir masjid yang “mungkin” memberi wejangan yang cukup panjang
kepada para jamaah. Saya hanya terpaku lesu, memandang ke bawah, dikarenakan
apa yang disampaikan tidak sama sekali difahami. Sampai khutbah jumat pun
disampaikan dengan menggunakan bahasa India. Maklum kan namanya “Masjid India”.
(Tampak Masjid India dari Depan. Memang masyarakat India banyak di Malaysia) |
Setelah
usai menunaikan ibadah shalat jumat, saya dan sahabat UII lainnya dengan
ditemani Icha (mahasiswa Bachelor USIM asal Padang) berkeliling sekitar masjid
hingga kemudian kami menuju tempat yang menjadi icon Malaysia, Twin Tower. Dengan
menggunakan KTM yang tiketnya harus dipesan melalui individu dengan mesin yang
telah tersedia, memang kita diajarkan untuk ‘melek’ teknologi.
Sebelum
mendekat ke Taman Menara, kami menyempatkan mampir ke sebuah Mall yang sering
disebut “Pavillion”. Jangan dikira ya kami mau memborong, ya sekadar cuci mata
sekaligus menunggu momen yang tepat untuk memandang Menara kembar yang katanya
lebih indah di sore hari dan juga kondisi cuaca yang kala itu sedang hujan.
Waktu semakin sore, tiba saatnya
untuk lebih mendekat ke Twin Tower. Rasa letih dan capek setelah berjalan kaki
ke beberapa tempat, seketika menghilang setelah tujuan utama telah
tersampaikan. Menara icon malaysia pun telah berhasil ditaklukkan dengan
perjalanan yang cukup melelahkan. Aku yang sebenarnya dalam kondisi badan yang
kurang sehat, akhirnya terobati dan menjadi lebih bersemangat kembali.
(Pengambilan Gambar di area Taman KLCC) |
Akhir perjalanan kami diakhir di
sebuah kedai makan di daerah Chow Kit, tempat di mana banyak diperjualkan
makanan khas Indonesia. Tak pelak tempat tersebut ramai dikunjungi para TKI
yang berada di Malaysia untuk mengobati rasa rindu terhadap makanan khas
Indonesia. Nama kedai itu pun dinamai dengan bahasa jawa “Sido Mampir”.
Alhamdulillah, sekali
lagi aku harus bersyukur dan berterima kasih kepada seorang guruku yang melalui
wasilahnya-lah aku dan kawan-kawan bisa sampai ke tempat ini, KH Muhammad Roy,
serta segenap dosen Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
(UII). Terima Kasih Pak Kiyai atas
motivasi, saran dan doanya. Semoga Allah selalu memberkati panjengan serta
keluarga. Amin. []
Nilai, 25
Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar