Oleh : Iqbal Zen
Sebagaimana jadwal yang telah
ditentukan, Selasa 14/05/2013, saya beserta 4 (orang) mahasiswa Hukum Islam lainnya
Samsul Zakaria, Arsyad Haikal, Sustia Ningsih dan Safarina berangkat menuju
Malaysia tepatnya ke Nilai, Negeri Sembilan tempat di mana Universitas Sains
Islam Malaysia (USIM) berada. Di USIM-lah kami selama sebulan ke depan akan
sedikit banyaknya menuntut ilmu, menjelajah pengalaman dan bertukar wacana
keilmuan secara global tentunya. Jadwal keberangkatan yang sempat ditunda
selama 1 (satu) jam sempat membuat kami galau. Tapi kegalauan tersebut terhapuskan
setelah kedatangan pesawat dan sudah terbayang-bayang suasana negeri Jiran yang
konon katanya menarik pandangan. Katanya..
Tepat pukul 04.00 pm waktu Malaysia
pesawat mendarat di LCCT (Low Cost Carrier Terminal), bandara yang khusus
melayani kedatangan penumpang yang menggunakan jasa “Air Asia”. Pada awalnya
kami memang akan dijemput oleh pihak USIM. Akan tetapi dikarenakan oleh
beberapa hal, pihak USIM tidak bisa menjemput sehingga kami pun menggunakan
jasa TAXI yang menurut kami harga tersebut cukup lumayan. 100 RM. Hehe. Dalam
perjalanan menuju USIM, kami melewati sebuah arena balap, yang bernama sepang. Disana lah seorang pembalap ulung,
Mancelotti harus mengakhiri masa kontrak hidupnya di dunia. Selain itu, ada hal
menarik yang yang perlu dicermati, kalau di Jogja, kita menyebut lampu merah
dengan sebutan “BANGJO” yang itu merupakan singkatan dari Abang Ijo, tapi,
kalau di Malaysia disebut dengan “Lampu Isyarat”. Memang kendala awal kami di
Malaysia adalah bahasa. Ambil contoh, kita sudah dibuat sedikit bingung ketika
sampai di Bandara, dengan beberapa pertanyaan dari petugas bandara maupun
ketika membeli voucher. Beberapa kosa kata perlu juga diperhatikan dalam
berbicara di Negeri Jiran, jangan asal bicara, misalnya di Indonesia mengatakan
kata “butuh” itu wajar. tapi jangan sekali-kali kata tersebut meluncur dari
mulut kita, karena artinya condong pada arti yang negatif. Bola voli disebut
dengan “bola tampar”. Dan masih banyak lagi dehh... memang kesan pertama yang
menarik dan unik.
Sedatangnya di USIM, pandangan
pertama yang nampak di pelopak mata adalah censelori, kalau di UII gedung
tersebut adalah Rektorat. Dengan hiasan tanaman-tanaman yang mengelilingi serta
ditambah air mancur menambah suasana lingkungan censelori menjadi menarik untuk
dipandang, ataupun dijadikan background untuk berfoto. Sesampai di gerbang
utama, kami disusul oleh salah seorang staf bagian hubungan antar-bangsa yang
bernama Ibu Nadhihah. Selama sebulan alhamdulillah kami ditempatkan di
lingkungan kampus yang di sebut dengan Kolej Kediaman (KK), kalau di UII lazim
dikenal Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa). Kami pun diperkenalkan dengan seorang
guide yang kebutalan berasal dari Indonesia tepatnya kota Padang. Ia bernama
Kak Azka. Jangan kira ia lelaki, ia adalah seorang perempuan yang kini sedang
mengambil jurusan Fikih Fatwa di Fakultas Syariah dan Undang-undang (FSU).
Secara Iklim, kondisi di sini tidak
jauh berbeda dengan keadaan Indonesia bahkan lumayan lebih panas. Namun, ada
yang berbeda dari segi posisi matahari yang kemudian mengakibatkan jadwal waktu
shalat yang menjadi lebih mundur. Kalau di Malaysia waktu maghrib baru masuk
pada pukul 07.14 PM, sehingga biasanya di Jogja pukul setengah 6 sudah masuk
waktu maghrib, berbeda ceritanya ketika berada disini dengan keadaan yang masih
begitu terang. Maklum saja, waktu subuh di sini adalah pukul 05. 47, berarti
pukul 05.00 masih sempat digunakan untuk tahajud, hehehe..
Menu pertama yang kami santap
pertama kali menginjakkan di Bumi Malaysia adalah semacam “penyetan” jika di
Indonesia, bedanya ada tambahan kuah dan dengan nasi yang berwarna kuning
sehingga komposisi piring pun menjadi menarik saja. Satu piring (Malaysia :
Pinggan) dibayar dengan harga RM 3,80. Dan ada satu minuman yang menarik dan
rasa-rasanya bakal ketagihan selama di Malaysia yaitu teh tarik. Hem hem..
sedap nye.. hehe.. Selain itu, dari segi pelayanan penjualan minuman ringan,
saya kira Malaysia selangkah lebih maju. Dengan memasukan uang sebesar antara RM
1 s.d RM 2, kemudian memilih minuman yang diinginkan dengan menekan tombol maka
akan keluar sesuai dengan apa yang kita pilih.
Dari segi pakaian pun, berbeda
dengan adat kebiasan di Indonesia. Celana Jeans diharamkan dipakai di
lingkungan kampus. Para mahasiswa diwajibkan menggunakan pakaian berlengan
panjang dan berdasi semasa kuliah dengan pasangan sepati pontepel, luar biasa
bukan. Bagi mahasiswa putri mereka mayoritas menggunakan baju kurung. Hal itu
yang kemudian menjadikan kampus berlabel Islam begitu terasa di sini yang
tentunya patut menjadi panutan dan rujukan bagi beberapa perguruan tinggi yang
mencantumkan nama Islam pada stempel nama kampusnya.
Hari pertama yang cukup mengesankan,
dan tidak akan terlupakan. Budaya mengucapkan salam kala bertemu orang yang sudah
dikenal maupun belum kenal, sebagaimana memang Nabi pernah men-sabda-kan
demikian diterapkan di sini. Sungguh kebiasan yang perlu terus dilestarikan. Akhirnya,
tulisan ini harus dipungkasi oleh karena kondisi badan yang harus direbahkan
sejenak untuk menyongsong rentetan agenda besok yang lumayan padat. See You
tomorrow.. []
Negeri
Sembilan, 14 Mei 2013.
0 komentar:
Posting Komentar