Ada
saja hal menarik yang saya temui setiap hari di Universiti Sains Islam Malaysia
khususnya dan Malaysia ‘amnya. Memang transportasi umum (awam) di sekitar USIM cukup
sulit dicari kalaupun ada dapat dipastikan harganya pun mahal. Kondisi tersebut
yang kemudian ditangkap sebagai peluang bagi beberapa mahasiswa yang mempunyai
kendaraan mobil (Malay : kereta) untuk mencari tambahan uang. Mereka menawarkan
jasa antar menggunakan mobilnya sesuai permintaan. Istilah yang dikenal disini
adalah Prebet. Awalnya kami bingung ketika diberi masukan untuk menaiki prebet
jikalau hendak berpergian ke suatu tempat yang lumayan jauh untuk ditempuh
dengan jalan kaki.
Awal
mula kami menaiki prebet adalah milik salah seorang mahasiswa pada Fakulti
Pengajian Quran dan Sunnah sebut saja namanya Hanafi. Ia begitu ramah dalam
melayani kami. Dengan mobil mini (kami sebut mobil kancil), ia berusaha mencari
tambahan rizki untuk keperluan sehari-hari. Ternyata memang banyak dari
mahasiswa yang menawarkan jasa tersebut, meskipun ada ada pihak yang kurang
menyukainya seperti rival taksi dan lain sebagainya. Selain mengantarkan
mahasiswa, jasa prebet pun dapat untuk menjemput penumpangnya dengan menghubungi
lebih awal terlebih dahulu.
Perlu
diapresiasi terhadap apa yang dilakukan para mahasiswa dalam mengolah
kesempatan untuk mencari penghasilan. Terlepas terganggu atau tidaknya
aktifitas perkuliahannya, memang apa yang mereka lakukan mencerminkan
kemandirian hidup. Tapi ia akan menolak ketika memang ia sedang memiliki tugas
kampus yang tidak dapat ditinggalkan. Terlihat juga ada beberapa buku
perkuliahan dan quran yang masih tergeletak di dalam mobil yang kala itu sempat
kita tumpangi.
Para
mahasiswa tentunya sangat diuntungkan dengan kehadiran beberapa mahasiswa yang
menawarkan jasa tersebut. Apabila dibandingkan dengan biaya menggunakan taksi
panggilan yang bukan mahasiswa dapat dipastikan lebih mahal. Kami sempat
bercerita kepada Pon Hanafi, bagaimana biaya yang harus kami keluarkan kala
kedatangan kami ke USIM dari bandara LCCT dengan mengocek saku sebesar RM 100. Ia
pun terkejut mendengar harga yang tersebut. Ia biasa mengantar mahasiswa ke
LCCT dengan tarif RM 30, apabila dua mobil mungkin hanya RM 60. Perbedaan yang
lumayan menurutnya.
Di
akhir tulisan ini, saya ingin mengungkapkan pada diri pribadi saya sendiri
khususnya dan kepada pembaca yang budiman bahwa orang yang mengatakan dirinya
tidak punya waktu lagi adalah pemalas. Dari kisah di atas, meskipun ia
menjalani aktifitas perkuliahan yang tentu tidak terlepas dari tugas dan
membaca ia mampu mengatur waktu sedemikian bagus sehingga kesemuanya berjalan
dengan lancar untuk mencari kesempatan yang terselip dalam kesempitan. []
Kampus USIM, Negeri Sembilan, 20 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar